Portal Berita Bola ~ Aksi unjuk rasa mengenai dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ahok masih bergulir.
FPI beserta dengan sejumlah ormas Islam telah merencanakan aksi yang diberi tajuk "Aksi Bela Islam II" pada tangal 4 November 2016 besok.
Walaupun pihak dari PBNU, Muhammadiyah dan GP Anshor mengaku tak akan mengikuti aksi tersebut. Tetapi aksi unjuk rasa ini bisa dikatakan sebagai aksi unjuk rasa dengan skala besar.
Menanggapi hal tersebut, Denny Siregar mempunyai pendapatnya sendiri mengenai alasan kenapa harus tanggal 4 November.
Berikut salinan tim OkTerus.com dari laman miliknya:
Kenapa mereka memilih tanggal 4 November sebagai gerakan puncak? Kenapa tidak tanggal 28 Oktober kemarin saat Jum'at?.
Menelusuri banyak perbincangan di medsos, saya tersentak dengan sebuah percakapan yang sebenarnya guyon. Tetapi guyonan itu melemparkan ingatan saya ke masa lalu, ketika banyak mengamati chaos Mesir, saat Mohammad Morsy jatuh.
Ketika Morsy akhirnya berhasil dikudeta Al Sissy, tanggal 3 Juli 2013, akhirnya muncullah simbol 4 jari bernama Rabia. Sebagai catatan, Mesir saar itu perebutan kekuasaan antara Morsy yang didukung Ikhwanul Muslimin dan Qatar melawan El Sisi yang didukung Arab Saudi.
Bentrokan yang terjadi di Rabia al-Adawiya Square antara orang-orang Ikhwanul Muslimin dan militer sejak 28 Juni, mengakibatkan banyak orang tewas. Dan tewasnya orang-orang Ikhwanul Muslimin itu mereka peringati dengan membuat simbol 4 jari atau mereka namakan Rabia, sesuai tempat bentrokan terjadi.
Kalau memperhatikan kembali simbol 4 jari itu, maka kita akan membaca tulisan di masing-masing jari.
No Arabism, yang berarti menolak campur tangan Saudi.
No Securalism, menolak konsep sekuler
No Nationalism, menolak kebangsaan
No Democrasy, menolak Demokrasi.
Dan di telapak tangannya tertulis Yes to khilafah Islamiyah, kita pasti tau artinya. Saya ingin mencoba menarik benang merah antara simbol Rabia dengan demo besar tanggal 4 November nanti.
Ada kemungkinan besar massa akan dibentrokkan dengan militer. Dengan pamflet tersebar dimana-mana dengan kata "jihad" dan "tulis surat wasiat", maka ada usaha provokasi besar bahwa kematian saat demo nanti sangat diharapkan oleh mereka yang berada di belakang layar.
Dan ketika terjadi kematian massa pendemo -entah karena represi militer atau sengaja di korbankan untuk menimbulkan kegaduhan- maka akan muncul gerakan perlawanan berkelanjutan dengan menggunakan simbol 4 jari sebagai pengingat kejadian tanggal 4 November.
Dan provokasi ini akan terus dikembangkan melalui media sosial sebagai simbol perlawanan terhadap militer atau pemerintah.
Karena provokasi yang massif inilah akhirnya gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir diberantas dan Morsy dijatuhi hukuman mati, sebagai bagian dari memenggal kepala ular.
Dalam setiap kerusuhan di beberapa negara timteng, selalu ada Ikhwanul Muslimin di belakang layar. Sesudah mereka diusir dari rumah kelahiran mereka di Mesir, mereka pasti mencari inang baru dan negara yang cocok adalah Turki dan Indonesia, negara dengan jumlah agama muslim besar.
Di Turki mereka sudah mengangkat Erdogan sebagai pemimpinnya. Peristiwa kudeta di Turki kemarin adalah bagian dari pembersihan musuh-musuh Ikhwanul Muslimin dan mereka mengisi setiap ruang pemerintahan.
Di Indonesia, kita bisa menebak partai mana yang didirikan oleh Ikhwanul Muslimin dan bisa mengira-ngira siapa orang yang akan diangkat sebagai Presiden mereka.
Sebagai catatan tambahan, kelompok Ikhwanul Muslimin selalu mengambil alih kata "Muslim" atau "Islam" sebagai pertahanan terkuat mereka dan ketika ada yang mencoba membuka operasi mereka selalu disudutkan dengan kata "memecah belah Islam"..
Saya selalu berharap analisa saya salah, karena jika benar…. entahlah…
Kopi saya kelihatannya sudah mendingin..
Penulis: Rayhan