Komisi Dakwah MUI: JANGAN TERJEBAK PADA VARIASI TERJEMAHAN "AULIYA"


JANGAN TERJEBAK PADA TERJEMAHAN AULIYA


Terjemahan "Auliya"

Baik diartikan sebagai teman setia, pelindung, sekutu atau pemimpin tidak masalah. Toh itu semua tidak menunjukkan ikhtilaf tadhodd (perbedaan kontradiktif) di antara terjemahan tersebut. Melainkan sebagai ikhtilaf tanawwu (perbedaan variatif). Karena kosakata waliyy berintikan pada adanya kedekatan dan loyalitas antara dua pihak, bisa teman akrab, sekutu, pelindung atau pemimpin. (Lihat Mu'jam Alfazhil Qur'an karya Raghib al-Ashfihani).

Tafsir Al-Azhar Hamka menerjemahkan nya sebagai pemimpin. Pun beberapa terjemahan edisi awal lainnya. Dalam edisi revisi terjemahan Kemenag dan Tafsir nya juga gunakan term teman setia. (Lihat Capture 3)


Namun lihatlah Tafsir nya yang disusun oleh Tim Kemenag RI saudara tidak akan menemukan penjelasan atau tafsir yang menyimpang (inhiraf) dari tafsir mainstream para ahli tafsir: Ayat ini melarang orang beriman agar jangan menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai teman akrab yang akan memberikan pertolongan dan perlindungan, apalagi untuk dipercayai sebagai pemimpin. (Lihat Capture 4)



Kesimpulan:

Jangan terjebak kepada isu perubahan terjemahan versi Kemenag RI karena memang tidak salah/keliru. Fokus lah kepada tafsir nya. Dan terlebih lagi fokus kepada inti penistaan agama yang diduga dilakukan BTP.

Semoga bermanfaat. Wallahu A'lam.

Ustadz Fahmi Salim Zubair, MA
Sekertaris Komisi Dakwah MUI Pusat periode 2015-2020


Subscribe to receive free email updates: