Hajjah Najmiah Muin, pemilik perusahaan PT Mariso Indoland |
Berita Metropolitan– M. Nur Najmul Muin, anak bungsu Najmiah
Muin (Hajjah Najmiah Muin, pemilik perusahaan PT Mariso Indoland) kemarin (30/9) sore resmi melapor ke Polda Jatim atas kasus
penipuan yang dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Pria yang didampingi kerabat dekat dan
anggota komisi III DPR RI Akbar Faizal itu, juga membawa bukti penipuan
yang diduga dilakukan Dimas Kanjeng.
Nur tiba Mapolda Jatim sekitar pukul
16.00. Dia langsung masuk ke ruang Kapolda Jatim Irjen Anton Setiadji
dengan membawa satu koper bukti penipuan.
Sekitar 15 menit kemudian, Nur dibawa ke gedung Ditreskrimum Polda Jatim untuk memberikan keterangan.
Laporan tersebut dibuat atas perbuatan Dimas Kanjeng terhadap Najmiah. Ibunya sudah menyerahkan uang lebih dari Rp 200 miliar.
"Sebenarnya ingin (lapor, Red) dari dulu. Tapi almarhumah minta sabar dulu," ucapnya.
Dia mengatakan, ibunya terlibat dalam padepokan Dimas Kanjeng sejak 2014.
Saat itu, ada utusan Taat Pribadi yang mengaku sebagai kholifah menggelar acara di Makassar.
M. Nur Najmul Muin, anak bungsu Najmiah
Muin kemarin (30/9) sore resmi melapor ke Polda Jatim atas kasus
penipuan yang dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Pria yang didampingi kerabat dekat dan
anggota komisi III DPR RI Akbar Faizal itu, juga membawa bukti penipuan
yang diduga dilakukan Dimas Kanjeng.
Nur tiba Mapolda Jatim sekitar pukul
16.00. Dia langsung masuk ke ruang Kapolda Jatim Irjen Anton Setiadji
dengan membawa satu koper bukti penipuan.
Sekitar 15 menit kemudian, Nur dibawa ke gedung Ditreskrimum Polda Jatim untuk memberikan keterangan.
Laporan tersebut dibuat atas perbuatan Dimas Kanjeng terhadap Najmiah. Ibunya sudah menyerahkan uang lebih dari Rp 200 miliar.
"Sebenarnya ingin (lapor, Red) dari dulu. Tapi almarhumah minta sabar dulu," ucapnya.
Dia mengatakan, ibunya terlibat dalam padepokan Dimas Kanjeng sejak 2014.
Saat itu, ada utusan Taat Pribadi yang mengaku sebagai kholifah menggelar acara di Makassar.
Ketika diletakkan di meja, bunyinya sama persis dengan logam.
Batangan berwarna emas itu diklaim sebagai
emas muda. Setelah sebulan, akan menjadi emas asli. Taat meminta
Najmiah untuk bersabar sampai menjadi emas betulan.
Nur semakin curiga karena setelah lewat
sebulan, batangan itu tidak kunjung berubah menjadi emas asli. "Waktu
dicek di toko emas, ini bukan emas," ucapnya.
Nah, agar batangan itu lekas menjadi emas, Najmiah diminta membayar mahar setiap bulan.
Tujuannya agar emas muda itu bisa segera tua. Tapi meski mahar sudah diberikan, tetap saja batangan itu tidak menjadi emas.
Hingga akhirnya Najmiah meninggal lima bulan lalu setelah berobat ke Singapura.
Bukan hanya batangan emas. Taat juga
memberi Najmiah plastik mika berwarna emas. Plastik tersebut bermotif
uang pecahan seratus dolar dan mata uang Burma.
Tidak jelas motif pemberian benda
tersebut. Selain itu, ada juga satu lembar kertas berukuran besar yang
bergambar mata uang Dinar pecahan 10 ribu.
Dalam satu lembar besar itu, terdapat 15 uang yang masih dalam keadaan belum terpotong.
Ada juga lima tumpukan kertas yang tebalnya sekitar tujuh centimeter dengan ukuran mirip uang kertas.
Tumpukan itu dibungkus kertas warna gelap. Di bagian luarnya, tertulis 1.000 Yen dari gudang 01 dan 03 Jateng.
Kertas itu diduga diklaim akan berubah
menjadi uang. Hanya saja, ketika dibuka kemarin, di dalamnya hanya
berisi kertas warna putih yang diikat seutas tali.
Nur memastikan duit Rp 200 miliar lebih itu merupakan uang pribadi ibunya. Bukan dari setoran sesama pengikut Taat.
Menurut dia, barang bukti penipuan itu
awalnya terbungkus rapi. Dia berani membuka sebelum ibunya meninggal
dunia. Dari sanalah, dia meyakini bahwa itu penipuan.(jpnn.com)
Anggota komisi III DPR RI Akbar Faizal
itu, mendampingi M. Nur Najmul Muin, anak bungsu Najmiah Muin, saat
melapor ke Polda Jatim atas kasus penipuan yang dilakukan Dimas Kanjeng
Taat Pribadi, kemarin
Akbar Faizal menambahkan, korban penipuan bukan hanya berasal dari Makassar dan Jatim.
Dari laporan yang diterimanya, ada juga korban yang berasal dari Medan, Papua, dan provinsi lain.
"Yang dari Makassar ini yang paling besar. Yang lain ada yang merugi Rp 1 miliar, Rp 1 juta. Tapi mereka belum lapor," ujarnya.
Terkait dengan kematian Najmiah, dia curiga ada keterkaitan dengan Taat.
Sebab selama ini ibu kandung Nur tidak pernah mengeluhkan sakit apa pun.
Keluhan itu muncul beberapa saat setelah meminum air doa yang diberi oleh Taat.
Sejak itu, Najmiah sakit-sakitan hingga akhirnya meninggal. Ujung tangannya sampai menghitam.
Sayangnya air itu sudah tidak ada lagi sehingga tidak bisa dicek kandungan minuman tersebut.
(jpnn)