Pakar Mantan: Jokowi Buat Musuhnya Terjebak Mati Langkah...

Pakar Mantan: Jokowi Buat Musuhnya Terjebak Mati Langkah

Penulis : Alifurrahman

4 November 2016 nanti katanya akan ada demo besar-besaran untuk menuntut Ahok segera ditangkap, mungkin juga akan menduduki istana dan gedung DPR. Sebab pada 14 Oktober lalu mereka sudah turun ke jalan menuntut Ahok ditangkap.


"Jika Ahok tidak ditindaklanjuti dalam seminggu ke depan, jumat depan kami akan mendirikan tenda di depan Balai Kota. Kalau bisa dudukin Balai Kota, kalau perlu Istana negara," ujar Habib Rizieq, FPI.

Satu hal yang saya catat adalah FPI dan yang sesapian dengannya ini tidak menuntut agar Ahok diproses secara hukum. Mereka menuntut Ahok segera ditangkap. Ini bukan yang pertama kalinya FPI menuntut agar Ahok ditangkap. Dulu saat kasus Sumberwaras, mereka juga menuntut Ahok ditangkap oleh KPK. Bahkan Rizieq mencak-mencak karena tidak ditemui oleh pimpinan KPK. Malah saat diperingatkan agar bersikap sopan, Rizieq menyentak pada wartawan yang hadir "CATAT…! REKAM…!" selengkapnya bisa dilihat di sini: https://www.youtube.com/watch?v=RTLfK7nfOag

Sejauh ini polisi sudah meminta keterangan sembilan orang saksi termasuk penyebar video ke media sosial dan staf gubernur. Polisi juga telah menyambangi Kepulauan Seribu untuk meminta keterangan warga setempat soal video pidato Ahok. Sementara Ahok sendiri sudah meminta pada Bareskrim agar dirinya segera diperiksa.

Namun masalahnya ada di FPI, mereka enggan diperiksa sebagai pelapor dan terus mengulur waktu.

"FPI minta ditunda, minta Selasa atau Rabu (pekan ini). Padahal, kami maunya cepat (usut kasus Ahok). Termasuk pelapor lain, tanpa perlu panggilan, kalau bisa datang sendiri. Akan kami periksa supaya bisa lebih cepat,"  ujar Tito di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Senin (31/10/2016)

Sampai di sini terjadi kelucuan yang luar biasa dari cara pikir FPI dan yang sesapian dengannya. Mereka menuntut Ahok ditangkap, namun mereka sendiri yang melaporkan Ahok malah tidak mau hadir dan menunda-nunda. Ini kan jadi mirip lagu "mau di bawa ke mana hubungan kita, jika kau terus menunda-nunda," saya lupa lagunya siapa.

Jika FPI bisa berpikir waras, seharusnya mereka langsung memberikan keterangan, apalagi sudah diundang oleh penyidik. Tapi ini malah menunda. Ini sangat tidak waras mengingat di sisi lain mereka berdemo agar Ahok ditangkap, mengancam Presiden Jokowi agar tidak melindunginya. Kalau kenyataannya seperti ini, bukankah FPI yang kemudian melindungi Ahok agar tidak diperiksa? Lalu mereka pura-pura demo.

Yang paling jancoknya, FPI meminta agar ditunda hari ini atau besok 2 November. Ini sangat licik. Sebab kalau mereka menunda hadir besok, otomatis 4 November belum ada kesimpulan apa-apa. Sehingga FPI dan yang sesapian dengannya bisa turun lagi ke jalan dan menuntut Ahok ditangkap, mengancam Presiden lagi, dan seterusnya. Artinya mereka hanya ingin demo, bukan menuntut keadilan seperti yang digaungkan.

Buruknya, cara-cara mereka memprovokasi sudah di luar batas toleransi. Ancaman menduduki istana diucapkan langsung oleh ketua FPI. Sementara poster ajakan demonstrasi pada 4 November diselipkan anjuran menuliskan wasiat bagi keluarga yang ditinggalkan, menandakan mereka akan mati di jalanan saat berdemo nanti.

Jauh lebih buruk lagi, mereka memprovokasi dengan kalimat-kalimat seolah mereka sedang memperjuangkan Islam. Provokasi semacam ini sangat jelas memancing emosi dan secara jelas mengundang para ekstrimis atau teroris untuk ikut bergabung, sebab kalimatnya sudah "memperjuangkan Islam" bukan lagi menyampaikan aspirasi menuntut hukum ditegakkan.

Apakah akan rusuh?

Demonstrasi tidak melanggar undang-undang. Namun jika rusuh, akan ada tindakan dan konsekuensi hukum. Bahwa kemudian ada provokasi dan ajakan 'mati bareng' pada 4 November nanti,  itu bab lain. Pada intinya, mereka tetap dipersilahkan berdemo. Sebab kalau dilarang, akan jadi kesalahan pemerintah. Ini negara demokrasi, setiap orang bebas berekspresi.

Soal provokasi tentang janji FPI mau mendirikan tenda dan ajakan menuliskan wasiat bagi demonstran seolah mereka mau mati, kita lihat saja nanti. Namun kalau dari kacamata analisa tim investigasi seword.com di lapangan, tidak akan ada kerusuhan sedikitpun, malah tak akan seberani demo FPI sebelumnya yang sempat melempar tai kuda ke Balaikota. 4 November nanti hanya akan menjadi demo seperti biasanya. Jalan, koar-koar, teriak tak(e)beer, pulang bawa amplop.

Jika terjadi kerusuhan, membawa senjata tajam atau malah ada yang sampai mati saat berdemo, 4 November nanti akan jadi hari terakhir FPI di Indonesia. Sebab 6 bulan yang lalu Mendagri sudah memproses pembubaran ormas yang disinyalir adalah FPI.



"saya tidak usah sebut (nama ormasnya). Yang pasti sudah terang-terangan anti Pancasila. Pokoknya ini ormas cukup Besar," kata Tjahjo Kumolo.

Sehingga kalaupun yang dimaksud Mendagri bukan FPI, melainkan HTI, dengan kejadian rusuh 4 November nanti pemerintah akan punya alasan untuk membubarkan FPI. Itupun kalau terjadi kerusuhan.

Habib Rizieq yang merupakan tukang demo tentu tak akan bodoh dan membiarkan FPI dibubarkan. Dia akan menjaga dan terus memanfaatkan demokrasi untuk berdemonstrasi. FPI akan dipertahankan dan eksis untuk memperbanyak massa dan memperbanyak proyek demonstrasi. Untuk mempertahankan FPI, Rizieq mungkin akan menelan ludah sendiri dengan janjinya mendirikan tenda di Balaikota. Kita lihat saja nanti.

FPI mewakili siapa?

Cara Presiden menanggapi suatu isu sangat elegan, santai namun telak. Presiden sudah mendatangi Prabowo di Hambalang, untuk memastikan bahwa tidak ada masalah dengan dua tokoh ini. Memastikan bahwa seruan melengserkan Jokowi tidak datang dari kubu Prabowo. Selengkapnya sudah saya tulis di: http://ift.tt/2f6eluv

Kalau kubu Prabowo seperti Fadli Zon dan Fahri Hamzah menerima FPI dan bahkan berjanji ikut berdemo, ini jelas mempermalukan diri sendiri. Sebab FPI jelas menyerukan ingin melengserkan Presiden jika Ahok tidak ditangkap.

Setelah mendatangi Prabowo, Presiden mengundang MUI, NU dan Muhammadiyah ke Istana. NU dan Muhammadiyah jelas mewakili sebagai ormas Islam. Sementara MUI menjadi LSM pembuat 'fatwa' yang kemudian dijadikan legitimasi oleh FPI dan yang sesapian dengannya bahwa Ahok bersalah. Presiden mengundang MUI untuk memperjelas maksudnya mengeluarkan 'fatwa' serta mempertanggung jawabkan sikapnya. Setelah selesai pertemuan dengan Jokowi, MUI mengharapkan demo 4 November berlangsung secara damai dan tidak anarkis.

"kami sepakat dengan Presiden bahwa demonstrasi dibolehkan, sepanjang sesuai dengan aturan, damai, tidak anarkis, tidak menimbulkan kerusakan dan juga jangan terprovokasi," kata ketua MUI.

"Jangan sampai pakai bendera Anshor, bendera NU, itu yang saya larang. Karena apa? Karena NU didirikan oleh kiai-kiai bukan untuk demonstrasi, tapi untuk pendidikan, untuk kerakyatan, kemasyarakatan," kata Said Aqil Siradj PBNU.

"Pesan kita adalah demo dengan akhlak yang mulia, jaga kepribadian Muhammadiyah dan tidak boleh membawa dan mengatasnamakan atribut organisasi," ucap Haedar, ketua umum PP Muhammadiyah.

Hal ini menunjukkan bahwa fatwa MUI tidak bisa dijadikan legitimasi serta jadi alasan untuk membuat kerusuhan lewat demonstrasi.  Pesan lainnya juga, demonstrasi 4 November nanti tidak mewakili mayoritas ummat Islam di Indonesia.

Langkah Jokowi mendatangi Prabowo dan mengundang MUI, NU serta Muhammadiyah merupakan langkah mengunci musuh-musuh politik dan provokatornya. Kalau nanti Fadli Zon dan Fahri yang merupakan bagian dari kubu Prabowo tetap ngotot turun ke jalan, itu akan mempermalukan Prabowo sebagai pimpinan koalisi. Sebab Prabowo mendukung Jokowi, dengan kata lain tidak mendukung langkah-langkah FPI yang ingin melengserkan Jokowi. Begitu juga dengan Amien Rais yang sudah menjadi tokoh Muhammadiyah, kalau nanti dia tetap demo, dia mewakili dirinya sendiri dan tidak bisa disebut representasi Muhammadiyah, reputasinya jelas langsung jatuh.

Cerdasnya, semua langkah Presiden Jokowi dilakukan dengan santai sambil tertawa-tawa akrab, tanpa nada atau raut emosi seperti Rizieq atau Amien Rais. Sehingga kalau ada orang yang bertanya siapa yang lebih mirip Firaun dan Nabi Muhammad, dari tiga orang ini, saya yakin semua pembaca seword.com dapat menjawabnya dengan mudah. Jadi setelah ini terserah mereka mau melakukan apa. Mau tetap berorasi akan terlihat bodohnya, kalau absen bakal merasa gengsi.

Selengkapnya :
http://ift.tt/2eXJvkD

Subscribe to receive free email updates: