SBY Dukung Aksi 4 November dan Sebut Intelijen Ngawur

Jakarta, infobreakingnews - Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendukung aksi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan pada Jumat (4/11) mendatang. Yang penting tidak anarkistis dan mengganggu masyarakat umum.
"Saya menyimak banyak sekali seruan boleh unjuk rasa, tetapi jangan anarkistis. Saya sangat setuju, bukan hanya 100 persen tapi 300 persen. Itu seruan SBY dan juga seruan Partai Demokrat," kata SBY dalam konferensi pers (konpers) di kediamannya, Cikeas, Jawa Barat, Rabu (2/11). SBY didampingi para pengurus PD.
Dalam pembukaan konpers, SBY mengaku berbicara sebagai Ketum PD. Konpres terutama untuk menyikapi aksi demonstrasi 4 November.
SBY yang juga presiden keenam RI meminta semua pihak agar menyadari bahwa unjuk rasa bukan kejahatan politik. Unjuk rasa adalah hak warga yang dilindungi konstitusi. Namun dia menegaskan unjuk rasa di sebuah demokrasi adalah unjuk rasa yang damai, seusai aturan dan tidak merusak.
Dia mengklaim selama dirinya menjadi presiden 10 tahun, tidak ada pelarangan terhadap demonstrasi. Pasalnya dari aksi demontrasi bisa diambil tuntutannya untuk dijadikan pertimbangan dalam mengambil kebijakan nasional.
"Saya tidak alergi unjuk rasa. Selama 10 tahun memimpin bangsa ini, unjuk rasa dilakukan hampir tiap hari. Tetapi pemerintahan saya enggak jatuh. Saya masih bisa bekerja, ekonomi masih tumbuh. Intelijen juga tidak mudah melaporkan saya sesuatu yang tidak akurat. Saya senang pollisi dan aparat tidak main tangkap dan main tembak," ungkapnya.
Dia menyayangkan adanya laporan intelijen yang tidak akurat dan tepat. Dalam laporan itu, disebutkan ada orang, kelompok, dan partai politik tertentu yang membiayai aksi unjuk rasa 4 November. Dirinya merasa salah satu yang dituduhkan dalam aksi tersebut.
"Intelijen harus kuat, jangan berkembang ngawur dan main tuduh. Saya kira bukan intelijen seperti itu yang hadir di Tanah Air. Menuduh orang, kelompok, parpol melakukan itu adalah fitnah. Fitnah lebih kejam dari pembunuhan," tutupnya. *** Jerry Art.

Subscribe to receive free email updates: