"Pernyataan itu memang berita, ini adalah pernyataan yang sangat serius. (Pernyataan Erdogan) bertolak belakang dengan (laporan) sebelumnya yang bersama dengan pemahaman kami tentang situasi (di Suriah)," kata juru bicara Presiden Rusia Vladmir Putin, Dmitry Peskov, kepada wartawan.
"Kami berharap bahwa dalam waktu dekat akan ada penjelasan mengenai hal ini dari mitra kami, Turki," lanjut Peskov. Dia menegaskan bahwa Rusia adalah satu-satunya negara yang angkatan bersenjatanya berada di Suriah secara sah karena atas permintaan langsung dari otoritas Damaskus.
Ditanya apakah komentar kontroversial Erdogan akan mempengaruhi hubungan Moskow dan Ankara, Peskov belum bisa menjawabnya sebelum Turki memberikan klarifikasi atas pernyataan presiden Turki tersebut. "Sebelum membuat penilaian apapun, kami berharap bahwa posisi ini akan diklarifikasi," ujarnya, seperti dikutip Russia Today, Kamis (1/12/2016).
Kematin, Presiden Erdogan dan Presiden Putin, membahas situasi di Suriah dalam pembicaraan telepon. "Ada pertukaran pendapat yang luas mengenai pertanyaan Suriah, termasuk situasi di Aleppo," bunyi layanan pers Kremlin, dalam sebuah pernyataan.
"Sejumlah isu yang mendesak mengenai hubungan Rusia-Turki telah dibahas, termasuk kontak bilateral yang akan datang pada berbagai tingkatan," lanjut pernyataan itu.
Kendati demikian, Peskov menolak untuk mengomentari apakah Erdogan telah mengklarifikasi pernyataannya yang akan menggulingkan Assad ketika berdiskusi dengan Putin.
Pada hari Selasa, Erdogan mengatakan bahwa Turki meluncurkan operasi militer bernama "Efrat Shield" di Suriah pada tanggal 24 Agustus yang tujuannya untuk menggulingkan Presiden Suriah.
"Kami memasuki (Suriah) untuk mengakhiri kekuasaan tiran al-Assad yang meneror dengan teror negara. (Kami tidak memasukkan tentara) untuk alasan lain," kata Erdogan dalam sebuah acara di Istanbul.
Dia mengklaim, bahwa Turki akan menyerahkan kekuasaan Damaskus pada rakyat Suriah dan Ankara akan mengembalikan keadilan di Suriah. Pemerintah Assad sendiri belum merespons komentar Erdogan. - Sindo