Tak Boleh Malu Lagi dengan Perbatasan Indonesia


Portal Berita NasionalJakarta - Tak dipungkiri, kemegahan bangunan fisik mampu membuat orang kagum. Keasrian dan kebersihan suatu tempat juga bisa membikin orang betah di suatu tempat.

Dulu, pos-pos perbatasan Indonesia dengan negara tetangga dilaporkan jauh dari kesan gagah, bersih, dan membanggakan. Kondisi ini dicoba diubah. Kini masyarakat Indonesia di kawasan terdepan tak perlu malu lagi dengan hasil pembangunan negara.


Pemerintah membangun kawasan-kawasan perbatasan. Diharapkan pembangunan ini bisa menumbuhkan kebanggaan dari masyarakat Indonesia di perbatasan.

"Kita ingin rakyat di perbatasan, di pulau-pulau terdepan, menjadi semakin bangga menjadi warga negara Indonesia, dan menjadi semakin semangat untuk menjaga Tanah Air-nya," kata Jokowi saat peresmian Bandara Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, 19 Oktober 2016.


Bandara Miangas adalah salah satu pembangunan di pulau terdepan Indonesia. Sebagaimana diketahui, pulau itu berbatasan dengan Filipina. Bahkan jarak ke Filipina hanya 48 mil laut. Kehadiran bandara ini bisa menjadi sarana memperkuat kohesi Miangas dengan kawasan Indonesia lain.

Bandara Miangas memiliki landasan berukuran 1.400 x 30 m, dengan luas gedung terminal 356 meter persegi. Proyek ini menggunakan duit senilai Rp 320 miliar.

Selain bandara, Pos Lintas Batas Negara (PLBN) adalah hal yang bisa menjadi kebanggaan masyarakat perbatasan. Jokowi pernah malu betul atas kondisi pos yang compang-camping. Dulu, pos perbatasan Indonesia terlihat kalah telak ketimbang pos perbatasan negara tetangga di seberang.

"Di perbatasan Entikong (Kalimantan Barat), yang berpuluh tahun tak pernah kita urus. Dua tahun yang lalu saat kita ke sana, saya betul-betul malu melihat kantor di seberang, tetangga kita. Saya harus ngomong itu seperti kandang, betul-betul seperti kandang. Tapi sekarang empat kali lebih baik dari tetangga kita," katanya dalam sambutannya pada acara Forum Rektor Indonesia, JCC Senayan, Jakarta, Kamis (2/2/2017).

Kini PLBN Entikong sudah bagus, konon lebih baik lima kali lipat ketimbang pos yang dipunyai Malaysia. Tidak lagi seperti kandang. Gedungnya berhias ornamen-ornamen khas Dayak. PLBN ini diresmikan Jokowi pada 21 Desember 2016. Anggaran untuk membangun PLBN ini sebesar Rp 152,5 miliar.

Selain itu, ada PLBN Motaain yang sudah jadi. Terletak di Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT), bangunan ini mengadopsi desain rumah adat Belu, Mbaru Niang. Kontrak pembangunannya senilai Rp 82,07 miliar, dikerjakan sejak 3 Agustus 2015. Kini masyarakat Indonesia di sana bisa berbangga punya bangunan yang lebih gagah ketimbang di Timor Leste.

"PLBN Motaain. (Dibandingkan) dengan kantor kelurahan saja lebih baik kantor kelurahan. Sekarang lihat. Dibandingkan dengan negara sebelah, minimal tiga kali lebih baik," kata Jokowi di JCC, Selasa (10/1/2016).


PLBN Motaain sendiri diresmikan Jokowi pada 28 Desember 2016. Kini tempat itu sudah digemari masyarakat setempat, bahkan jadi tempat swafoto alias selfie orang-orang perbatasan dua negara. Saat peresmian, Jokowi menekankan bahwa ini adalah soal kebanggaan.

"Jadi ini masalah kebanggaan. Masalah wajah kita. Bukan hanya masalah wajah NTT, tapi wajah Indonesia," kata dia.

Selain bangunan fisiknya yang dipercantik, Jokowi memerintahkan menghentikan praktik pungutan liar (pungli) di perbatasan. Ada pula PLBN lain yang dibangun, yakni PLBN Terpadu Aruk, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat; PLBN Terpadu Nanga Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat; PLBN Terpadu Wini, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur; PLBN Terpadu Motamasin, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur; dan PLBN Skouw, Kota Jayapura, Papua.

Subscribe to receive free email updates: