http://ift.tt/20kt43r - Berita Terbaru Terkini Hari Ini - Yuvensius Finito Rosewood (15) , putra pertama dari tersangka Fidelis Arie Sudewarto mengungkapkan rasa rindu kepada ayahnya yang masih mendekam di penjara.
"Saya rindu dengan ayah, saya pinginnya ayah cepat bebas, saya inginya ayah cepat nemanin saya dan adek saya, kan saya ni udah mau ujian nasional. Biasanya ayah dengan mama yang dampingi saya belajar di rumah, tapi sekarang ayah ditahan, Mama meninggal, saya tidak bisa lagi belajar dengan Ayah kondisi ayah ditahan, benar-benar tidak enak kalau belajar sendirian, " kata Yuvensius, seperti dikutip dari Tribun Pontianak, pada Rabu (5/4/2017).
Yuvensius yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) tersebut berharap ayahnya mendapat keringanan hukuman
Ia juga mengungkapkan, apa yang dilakukan oleh ayahnya hanya semata-mata demi menyelamatkan ibunya yang kini telah meninggal dunia.
"Harapan saya agar ayah cepat keluar, karena ayah kan tidak bersalah, ayah melakukan ini sangat terpaksa karena untuk kesembuhan ibu," ujarnya.
Usai ditinggal kedua orang tuanya, Yuvensius dan adiknya, Samuel Finito Sumardinata (3) kini tinggal di rumah nenek mereka.
"Saya tinggal dengan adik dan nenek, yang jelas rumah ini sepi sejak tidak ada ayah dan mama, " ungkapnya.
Diketahui sebelumnya, Fidelis Arie Sudewarto, seorang pegawai negeri negeri sipil (PNS) hanya bisa pasrah ketika dirinya ditangkap oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat pada 19 Februari 2017 lantaran menanam 39 batang pohon ganja.
Fidelis mengaku, ia menanam ganja untuk mengobati penyakit syringomyelia atau tumbuhnya kista berisi cairan (syrinx) di dalam sumsum tulang belakang yang diderita oleh Yeni Riawati, istri Fidelis.
Yeni divonis menderita penyakit syringomyelia.
Pihak keluarga telah melakukan berbagai cara untuk menyembuhkan penyakit Yeni, tetapi tidak berhasil.
Hingga suatu hari Fidelis mencari referensi pengobatan dari jejaring internet.
Dalam internet, Fidelis menemukan referensi menggunakan ekstrak ganja untuk menyembuhkan penyakit istrinya.
Kondisi Yeni pun lambat laun semakin membaik
Semenjak dirawat oleh Fidelis menggunakan ekstrak ganja, kondisi Yeni selalu menunjukkan peningkatan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Yohana La Suyati, kakak kandung Fidelis dikutip Kompas.com.
"Bagaimana dia mendapatkan ganja itu, mengolahnya, kami dari keluarga tidak ada yang tahu. Hanya melihat istrinya ada mengalami perubahan, mulai bisa mau tidur, mau makan, yang sebelumnya tidak bisa tidur berhari-hari," ujar Yohana saat ditemui Kompas.com di rumah Fidelis, Senin (3/4/2017) sore.
Berbagai kesulitan yang dialami Yeni berangsur membaik setelah diberi ekstrak ganja oleh Fidelis.
"Nafsu makannya ada dan tidak muntah lagi ketika sedang makan. Sebelumnya, setiap kali makan selalu dimuntahkan dan bahkan tidak mau makan sama sekali. Sampai badannya itu kurus, sangat kurus sekali," ungkapnya.
Pencernaan juga mulai lancar, baik itu buang air kecil maupun besar.
"Bahkan, salah satu luka dekubitus di pinggang belakang yang sangat besar ukurannya sekitar satu kepalan tangan orang dewasa yang tulangnya kelihatan, sudah dapat menutup kembali dan permukaannya mengering," ungkap Yohana.
"Yeni juga sudah mulai berbicara tentang harapan atau angan-angannya kalau sudah sembuh dari penyakitnya. Misalnya, ia mengatakan kalau sudah sembuh akan membeli sepeda motor baru dan kalau sudah sembuh akan mengadakan misa di rumah dengan mengundang Romo (pastor)," tambah Yohana.
Yohana juga mengungkapkan bahwa hanya Fidelis yang tahu bagaimana merawat Yeni.
"Hanya Fidelis yang tahu bagaimana cara merawat istrinya itu sehingga ketika dia ditahan, kami keluarga juga tidak bisa berbuat banyak. Karena selama ini semuanya dia lakukan sendiri cara perawatannya, termasuk mengatur suhu di kamar," papar Yohana.
Harapan Fidelis dan Yeni memudar sirna
Harapan dan angan yang sempat muncul dalam keluarga Fidelis dan Yeni akhirnya musnah sudah.
Fidelis ditahan oleh BNN dan ekstrak ganja yang ada di rumahnya dimusnahkan.
Tanpa perawatan Fidelis, kondisi Yeni memburuk dan kemudian dilarikan ke Rumah Sakit M Th Djaman Sanggau.
Di rumah sakit, kondisi Yeni semakin memburuk.
Nafsu makannya menurun, luka dekutubisnya yang sempat mengering, kembali memerah dan berdarah, bahkan tumbuh luka dekutubis baru.
Kulit kaki Yeni juga mengelupas besar-besar dan keluar cairan dari kaki dan telapak kaki, bagian dada sebelah kiri juga terasa sakit sehingga Yeni sulit bernafas.
Perut Yeni pun perlahan mulai bengkak dan membesar, diduga karena penyakit syringomyelia telah mematikan fungsi pencernaan, sehingga makanan dan minuman yang masuk tak tercerna lagi.
"Hal tersebut yang menyebabkan perutnya membesar, hingga akhirnya Yeni meninggal pada tanggal 25 Maret 2017 tepat 32 hari setelah Fidelis ditahan," ungkap Yohana.
Hingga detik-detik terakhir, pihak keluarga masih berharap agar Fidelis bisa menjenguk istrinya, namun tidak diijinkan.
Hingga akhirnya Fidelis diijinkan melihat istrinya, namun untuk yang terakhir kalinya.
Dikawal ketat oleh petugas, Fidelis mengiring Yeni ke peristirahatan, meski tak bisa bersama dalam satu mobil bersama jenazah istrinya.
"Fidelis tidak diperbolehkan naik ke mobil ambulans yang bawa jenazah istrinya, tapi dibawa pakai mobil yang ada pengawalnya," pungkas Yohana. (Tribun)