Tengah berdoa Penutup bersama usai digelarnya aksi damai, dihalaman DPRD Manokwari, Jumat (07/04) siang. (Fhoto : Petrus Yatipai/KM) |
MANOKWARI, KABARMAPEGAA.COM – Puluhan massa aksi yang dimediasi, Forum Independen Mahasiswa (FIM) dan Gerakan Mahasiswa Papua dan Rakyat Papua (GempaR) bersama Solidaritas Mahasiswa, Pemuda dan Rakyat Papua, di Manokwari, telah menggelar aksi damai menuntut tegas agar Perusahaan Pertambangan Perseroan Terbatas Freport Indonesia (PTFI), di Timika tersebut segera dihentikan karena dinilai kehadiran PTFI di Papua membawa malapeta dasyat dalam kehidupan orang Asli Papua secara universal.
Aksi kali ini berthemakan : Menolak Semua Kesepakatan Indonesia dan PT. Freport Indonesia, "TUTUP FREPORT" Berikan Kebebasan dan Hak Penentuan Nasib Sendiri Sebagai Solusi Demokratis Bagi Rakyat Papua.
Seusai akvitas penuntutan Tutup PTFI dihalaman DPRD Manokwari berakhir, Koodinator Lapangan (Korlap) Umum, Rusmanudin Kalkusa(Mahasiswa Unipa)ini mengatakan kehadiran PTFI di Papua bukan membawa keselamatan malah membawa malapetaka,katanya.
"kita melihat kehadiran Freport di Papua,bukan mengangkat orang Papua dari kemiskinan, melain membawa malapeta".
Jadi, kata Kalkusa, masuknya Freport di Papua membawa malapetaka,tuturnya.
Mahasiswa asal Papua ini pun meminta kepada Polda Papua agar membebaskan beberapa rekannya ditahan di Jayapura hari ini. Karena dirinya menilai apa yang kawan-kawannya buat aksi Jayapura adalah berbicara soal rakyat pada umumnya di Papua,pintanya dengan penuh berharap kepada wartawan disaat jumpah pers siang tadi, Jumat (07/04)dihalaman Gedung DPRD Manokwari.
"yang pertama saya meminta kepada pihak aparat kepolisian di Jayapura, mohon bebaskan tiga saudara kami yang ditahan siang ini di Jayapura. Karena kami turun berbicara soal rakyat".
Sementara itu Sekretaris Jenderal Aliansi Pemuda Papua di Manokwari, Hugo Asrouw, menuturkan hari ini mereka pun turut ikut mendukung menyuarakan agar PTFI di Timika segera tutup. Karena Hugo menilai masyarakat Adat dua Suku di Timika yakni, Amugme dan Kamoro sangat menderita sehingga pertambangan Emas milik Amerika itu segera ditutup, katanya dengan nada keras.
"kami hadir bersama-sama dengan Aliansi Pemuda Papua untuk bagimana untuk Freport harus tutup".
"karena 47 tahun lebih orang Amugme dan Kamoro pada khususnya menderita diatas adatnya".
Sebab, Kata Asrouw, bicara persolan Freport tidak tidak terlepas dari masalah Sejarah. Jadi, kata dia, memberikan kebebasaan untuk orang menentukan nasibnya sendiri (Selft Determination),beber Sekjen AMPP tersebut.
Pemuda asal Papua itu merasa kecewa dengan pimpinan daerah Papua dan Papua Barat selalu tutup mata melihat persoalan rakyat yang selama ini dibiarkan berlarut-larut tanpa ada peratihan serius sedangkan mereka adalah datang rakyat itu sendiri,ucap anak muda asal Papua itu dengan penuh kekecewaan berat.
Kemudia Sekjen FIM, Arnol Halitopo, pun memintah dengan tegas agar PTFI di Timika mutlak di tutup, tegasnya.
"aksi kami hari ini dengan agenda untuk Freport tutup".
Tutur Arnol, PTFI hadir dengan latar belakang untuk kepentingan elit-elit politik tertentu, maka, dirinya mewakili Mahasiswa di Manokwari mendesak Tambang Emas terbesar di Dunia itu harus ditutup,tegas Mahasiswa Unipa itu.
Kata Halitopo juga terkait dengan pernyataan sikap atau menjadi sasaran utama sebagai aspirasi rakyat melalui organ kemahasiswaan hari ini tidak sempat diserahkan kepada pihak DPRD Manokwari. Dikarena kata dia Ketua DPRD dan Ketua-ketua Komisi legislatif Manokwari belum ada ditempat,ujarnya.
Terkait dengan belum adanya para Legislator ditempat, ketika wartawan menanyakan kepada seorang anggota DPRD yang masih bertugas di Kantornya yang tidak ingin menyebut namanya mengatakan, Rekan-rekannya DPRDnya berada diluar Kota Manokwari (berangkat kedaerah asalnya masing-masing) dalam rangka memantau kondisi kehidupan sosial masyarakat dikampung halamannya, dalam wujud survei lapangan dan hasil akhir dari itu, kata dia, akan dimuat kedalam Perdasi maupun Perdasus, kata seorang Legislatif yang masih berada di Kantor itu.
Sejauh hasil pantauan wartawan media online www.kabarmapegaa.com, Puluhan Mahasiswa bersama perkumpulan pemuda Papua mulai berunjuk rasa dengan membawa tuntutan utama "PTFI Tutup" berawal longmarch dari depan Kampus Unipa,Amban menuju Gedung DPRD Manokwari, dengan berjalan kaki dibawah pengawal ketat oleh pihak aparat kepolisian daerah wilayah Manokwari.
Sesampai para demonstran ini di gedung DPRD Manokwari, ternyata Gedung Perwakilan Rakyat itu tertutup. Dan terlihat didepan Pintunya ditutupi oleh puluhan anggota kepolisian. Pintu kantor rakyat itu dibuka setelah lewat kurang lebih 5 menit secara terpaksa karena massa aksi terus mendesak untuk dibukakan.
Aksi tuntutan penutupan Tambang Raksasa PTFI di Timika, oleh Mahasiswa, Pemuda dan Rakyat, di Manokwari dapat dilaksanakan dengan baik.
Liputor : Petrus Yatipai