‘Pengabdi Setan’: Film daur ulang dengan horor yang mencekam


Jakarta, Indonesia —Film Pengabdi Setan merupakan hasil daur ulang dari film dengan judul yang sama yang tayang pada 1982.


// Joko Anwar selaku sutradara dan penulis naskah mengaku sudah bertahun-tahun memiliki keinginan untuk mendaur ulang film ini dengan idenya.

Pengalaman menonton film Pengabdi Setan (1982) yang disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra adalah hal yang memicu Joko untuk menjadi seorang filmmaker.

"Ceritanya sendiri sudah di kepala sejak 10 tahun yang lalu. Gue sudah ngejar supaya dikasih izin untuk proyek remake ini sejak 10 tahun juga," tutur Joko dalam gelaran konferensi pers yang bertempat di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta Selatan, pada Rabu 20 September 2017.

Joko kemudian tak berhenti mengejar izin ke rumah produksi Rapi Films agar menyetujui proyek impiannya hingga akhirnya Sunil Samtani selaku eksekutif produser rumah produksi tersebut memberi lampu hijau kepadanya.

Meski begitu menyukai film orisinalnya, Joko tak serta-merta meniru elemen menyeramkan dalam film tersebut dan menaruhnya kembali di film garapannya ini.

// Baginya, perlu ada unsur kebaharuan yang terus membuat film relevan.

"Ketika kita mau remake sebuah film, tidak bisa mengulang kembali adegan yang sudah dibuat film sebelumnya. Sensibilitas penontonnya pasti berbeda, apa yang menakutkan di zaman dulu belum tentu dianggap menakutkan sekarang," jelasnya.

Tak hanya dihiasi bintang-bintang film seperti Tara Basro dan Dimas Aditya, Pengabdi Setan turut dimeriahkan oleh nama-nama seniman senior Indonesia seperti Ayu Laksmi, Elly Luthan, dan Egy Fedly.


Pengabdi Setan bermula ketika Ibu (Ayu Laksmi) yang telah terserang penyakit aneh meninggal setelah 3 tahun menderita. Keempat anak dan Bapak (Bront Palarae) mereka terpaksa hidup tanpa sosok ibunya. Namun, kejadian aneh mulai menimpa rumah yang mereka tinggali setelah Bapak pergi ke luar kota untuk mencari nafkah.

Rini (Tara Basro) sebagai kakak tertua mencari cara untuk terus bersama-sama dengan adik-adiknya yang masih kecil. Teror pun mengancam ketika mereka sadar bahwa Ibu mereka datang kembali untuk menjemput.

Suasana mencekam yang merambat

Film berdurasi 105 menit ini seolah tak membiarkan penontonnya menghela napas lega. Hampir setiap adegan dipenuhi dengan kejutan-kejutan menyeramkan yang membuat orang teriak ketakutan.


// Joko Anwar berhasil membangun suasana mencekam secara perlahan, kemudian dipuncaki dengan klimaks mengejutkan.

Teror seolah tak ada hentinya, setiap konflik akan ditiban lagi dengan konflik baru yang tak kunjung mendapat pencerahan.

Suasana horor ini tak terkesan dipaksakan ataupun diburu-buru, semuanya sudah memiliki waktu dan porsinya sendiri. Suasana tersebut sangat dibantu oleh scoring yang penuh nuansa horor, membuat bulu kuduk makin meremang.

Chemistry antar pemain

Pengabdi Setan berputar pada teror yang menimpa sebuah keluarga, artinya tentu para pemeran keluarga ini harus terlihat menarik dan asli agar penonton dapat benar-benar menaruh simpati pada kemalangan mereka.

Chemistry dalam keluarga ini pun terasa, terutama Tara Basro dengan adik-adik laki-lakinya yang benar-benar terlihat akrab bak keluarga sendiri.

"Film ini paling berkesan karena kerja dengan cast anak-anak,

// jadi sehari-hari enggak kerasa seperti kerja, lebih seperti main-main," ujar Tara ketika diwawancarai usai konferensi pers.

Mengenai membangun chemistry, Joko menambahkan, para pemeran melakukan banyak kegiatan bersama-sama guna membangun hubungan nyata yang diharapkan akan tampak dalam film.

Sumber : rappler
//

Subscribe to receive free email updates: