Entas-entas dan Mencak Resmi Menjadi Warisan Budaya Tengger

Penulis : Dimaz Akbar
Sabtu 28 Oktober 2017

Probolinggo,KraksaanOnline.com -Masyarakat Tengger yang berada di Kabupaten Probolinggo patut berbangga diri. Sebab Budaya Entas-entas Tengger dan Mecak Tengger sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia.

Penetapan tersebut tertuang dalam sertifikat yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Muhadjir Effendy. Sertifikat tersebut diserahkan oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo kepada Wakil Bupati (Wabup) Probolinggo Drs. HA. Timbul Prihanjoko menjelang upacara peringatan Sumpah Pemuda di Grahadi Surabaya, Jumat (27/10/2017).

Wabup Probolinggo Drs. HA. Timbul Prihanjoko mengaku sangat bersyukur karena salah satu budaya asli masyarakat Tengger sudah diakui sebagai warisan budaya Indonesia. "Hal ini menandakan betapa luhurnya nilai budaya yang diwariskan oleh leluhur kita. Sehingga kita patut menjaga dan melestarikan budaya bangsa ini," katanya.

Sementara Tokoh Masyarakat Tengger Supoyo menyampaikan bahwa Entas-entas Tengger merupakan salah satu tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat Tengger untuk acara kematian. Dimana Entas-entas diartikan sebagai gambaran dari meluhurkan atau mengangkat derajat leluhur yang sudah meninggal agar mendapat tempat yang lebih baik di alam arwah. "Dengan kata lain adalah untuk menyucikan roh dari leluhur yang sudah meninggal," ungkapnya.

Mantan Kepala Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura ini menerangkan bahwa di dalam Entas-entas Tengger ini terdapat urutan yang dilakukan. Yakni, ngresik, mepek, mbeduduk, lukatan dan bawahan.

"Saat pelaksanaan yang meninggal didatangkan kembali dengan bentuk boneka. Boneka yang diberi nama boneka petra tersebut terbuat dari dedaunan dan bunga, nantinya disucikan oleh pemangku adat," jelasnya.

Sebelumnya, juga dibuat kulak atau wadah bambu yang diisi dengan beras oleh keluarga yang bersangkutan. Kulak tersebut sebagai lambang dari yang meninggal tersebut. Kemudian keluarga mulai menyiapkan kain panjang untuk dibentangkan. Dimana para keluarga dan kerabat berkumpul di bawahnya untuk mulai membakar boneka petra.

"Makna yang terdapat dalam Entas-entas Tengger ini adalah untuk mengembalikan kembali unsur-unsur penyusun tubuh manusia. Unsur-unsur tersebut ialah tanah, kayu, air dan panas," terangnya.

Sementara Mecak Tengger jelas anggota DPRD Kabupaten Probolinggo ini merupakan istilah yang digunakan untuk menghitung atau mencari tanggal yang tepat untuk melaksanakan upacara-upacara besar. Semisal Karo, Kasada maupun Upacara Unan-unan.

Perhitungan itu berdasarkan sistem kalender Suku Tengger yang dinamakan Tahun Saka atau Saka Warsa. Jumlah usia kalender suku Tengger berjumlah 30 hari, tetapi ada perbedaan penyebutan usia hari. Yaitu antara tanggal 1 sampai dengan 15 disebut hari, sementara tanggal 15 sampai 30 disebut Panglong.

"Setiap Dukun Sepuh telah mempunyai persiapan atau catatan tanggal hasil Mecak untuk tiap-tiap upacara yang akan dilaksanakan sampai lima tahun ke depan," pungkasnya. (Maz)


//
Editor : wan

Subscribe to receive free email updates: