Publik Sangat Yakin Ditangan Buwas Mafia Beras Akan Gentar

Jakarta, Info Breaking News - Komisaris Jenderal (Purn) Budi Waseso (Buwas) dikenal sebagai sosok yang tegas dan berani. Hal ini mengacu kepada sepak terjangnya dalam menangani mafia pungli ketika masih di Bareskrim dan memberantas mafia narkoba selama jadi Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).
Satu bulan sudah Buwas menjalani tugas barunya sebagai Direktur Utama Perum Bulog, sejak 27 April 2018. Banyak kalangan yang mengapresiasi kinerjanya, termasuk soal karakternya yang tak berubah.
"Ternyata Buwas ya tetap Buwas. Baru beberapa hari menjabat, mafia beras di Cipinang langsung kena tangkap dan infonya banyak lagi yang sudah terdeteksi," kata Pengamat Ekonomi Lembaga Pengembangan Ekonomi Agribisnis Indonesia (LaPEA Indonesia), Susanti Darmadi, kepada Info Breaking News, Senin (28/5/2018).
Susanti menyatakan, keberadaan Buwas di Bulog membuat gentar nyali para mafia dan kartel beras yang selama ini bermain. Buwas bahkan mengultimatum karyawan Bulog yang ketahuan bermain dengan kelompok mafiaitu pasti akan dipecat.
"Kita lihat, dia berani nunjuk hidung para mafia ini untuk dikoordinasikan dengan Satgas Pangan," tegasnya.
Selain itu, lanjut Susanti, konsistensi sikap Buwas juga terlihat melalui keberaniannya dalam melempar gagasan serta menghadapi polemik. Seperti gagasannya untuk tidak lagi membeli beras melainkan difokuskan pada pembelian gabah agar serapan gabah petani meningkat.
"Termasuk, pendiriannya menolak impor beras. Padahal, Mendag sendiri kan keukeh keluarkan kebijakan impor," urainya.
Menurut Susanti, polemik itu menarik karena seperti membuka tirai bisnis impor dan suplai beras yang selama ini kurang transparan. Pihaknya menangkap keinginan yang prinsipil di balik penolakan itu, yakni agar impor dilakukan dalam kondisi yang tepat, antara lain saat cadangan beras dinilai tidak mencukupi dan gabah petani sudah terserap dengan aman.
"Karena kadang ada permainan impor dilakukan saat petani mau panen. Kan pasti rugi mereka," tandasnya.
Begitu pula dengan kebijakan untuk menjual beras sachetan 200 gram seharga Rp 2.500. Langkah ini terbilang tak biasa dan sempat mengundang pro dan kontra.
"Tujuannya bagus ya, agar bisa dijangkau merata di wilayah manapun. Tapi sesuai hukum pasar, yang menguji nanti ya pasar sendiri," pungkasnya.*** Ira Maya.

Subscribe to receive free email updates: