Bangsa Penganut Marah Dan Benci


Oleh: Ikbal Tehuayo

BENCI merupakan perilaku yang tidak terpuji yang harus kita jauhi, apalagi sampai pada jatuh-menjatuhkan derajat sesama hanya karena benci dan saling marah-memarahi.

Berbicara tentang kemarahan penulis teringat akan perkataan seorang pemimpin spiritual dan tokoh politik tersohor India, Mahatma Gandhi, yang menyatakan bahwa kemarahan itu ibaratkan air keras yang lebih dulu menghancurkan bejana tempat penyimpanannya sebelum menghancurkan benda-benda yang ada di sekitarnya.

Sementara bagi Aris Toteles atau lebih dikenal dengan ilmuan kondang Yunani ini menyatakan bahwa marah itu gampang, tapi marah kepada siapa, dengan kadar kemarahan yang pas, pada saat dan tujuan yang tepat, serta dengan cara yang benar itu yang sulit.

Sebagaimana yang di ungkap oleh aristoteles dan Mahatma Gandhi inilah yang menjadi problem yang menyerang bangsa kita belakangan ini. Dari kaum pelajar bisa kita lihat tak sedikit kasus tawuran yang hampir setiap hari mengisi berbagai media. Salah satunya adalah tawuran antara SMK PGRI Lemah Abang Wadas dengan pelajar SMK Negeri Purwasari hingga berakhir pada kematian ( detik.com/6/10/2016 ).

Sementara dari kalangan pengacara bisa kita lihat di berbagai sumber mulai dari Tribun hingga Serambinews yang kerap kali menampilkan pemberitaan tentang adu mulut antara dua pengacar yaitu Hotman Paris dan Farhat Abas hingga berujung pada bongkar-membongkar aib satu sama lain.

Sangat disayangkan lagi marah-memarahi, benci-membenci kini mulai hinggap dalam diri alim ulama.

Hal ini bisa kita saksikan dalam kasus Habib Bahar belakangan ini yang di beberkan di berbagai TV swasta dan media online akan pernyataanya yang kurang lebih sebagai berikut:

Kalau mereka mendesak saya minta maaf, maka demi Allah saya lebih baik memilih busuk dalam penjara daripada harus minta maaf," kata Habib Bahar kepada detikcom, Sabtu (1/12/2018).

Tentu pernyataan ini merupakan representasi dari bentuk kemarahan yang bersarang di dalam jiwanya.

Bentuk-bentuk dari kemarahan seperti inilah yang disebutkan Aristoteles merupakan kemarahan dengan cara yang tidak benar, sebab dengan kemarahannya itu menjerumuskannya kedalam kesengsaraan.

Padahal kita sama-sama tahu kalau maaf-memaafkan, sayang-menyayangi, hargai-menghargai itu jauh lebih baik di banding dengan saling benci dan marah.

Sebab dengan saling menyayangi satu dengan yang lain dapat menghantarkan kita dalam suatu tatanan kehidupan yang aman dan harmonis, sehingga dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita tak merasa terganggu bagitu kira-kira yang kita pahami bersama.

Namun entahla mengapa dalam praktek kehidupan sosial terkadang diabaikan bahkan sekelas ulama sekalipun.

Apakah ini mungkin jaman yang di sebutkan Alquran akan datang suatu masa lahirla ulama-ulama yang jauh dari petunjuk Allah? Entahlah.

Menurut hemat penulis dari berbagai peristiwa yang dijelaskan diatas merupakan cerminan dari krisis moral dan nilai-nilai kemanusiaan sehingga mudah menjerumuskan mereka ke dalam prilaku yang tercelah.

Teringat salah satu ungkapan dari syekh Abdul Kadir Jailan yang mengatakan bahwa, saya lebih suka orang yang berakhlak dari pada yang berilmu sebab Setanpun juga mempunyai ilmu yang tak kalah dari manusia.

Nah, maka dari itu bisa di kata buat mereka yang mempertontonkan kebencian dan marah sebagaimna yang sudah penulis uraikan, mereka itulah utusan-utusan setan dalam bentuk manusia yang ada di negeri ini, sebab mereka punya ilmu namun miskin akan akhlak dan nilai-nilai kemanusiaan.

Penyakit sosial ini bila tak di pangkas sedini mungkin maka janganlah kita berharap akan menggapai pesan-pesan yang telah diamanatkan untuk kita dalam mewujudkan manusia Indonesia yang beradab, sebagaimana telah dicantumkan pada poin kedua dalam pancasila kita.

Sangat memprihatinkan bila hal ini terus diwaris pada generasi, sehinnga seiring berjalannya waktu dari sinilah lahir generasi-generasi tak berakhlak dan perusak bangsanya sendiri.

Bila suda seperti itu terciumlah suda busuknya bangsa kita ke seluruh pelosok bumi ini, menjadi gunjingan dan dinilai buruk di mata dunia.


from Berita Maluku Online http://bit.ly/2s9VIuA
via IFTTT

Subscribe to receive free email updates: