AMBON - BERITA MALUKU. Seorang wanita lanjut Usia (Lansia) di Ambon diduga positif terinfeksi virus corona (Covid-19), setelah menjalani pemeriksaan dengan menggunakan Rapid Test (RDT) alat uji cepat.
Nenek ber-usia 70-an yang merupaka warga Ambon ini, dikategorikan sebagai pelaku perjalanan, karena baru pulang dari Makassar.
Setibanya di Ambon pada 14 Maret lalu, wanita paruhbaya ini mengeluh kalau badannya lemas sehingga dibawa ke dokter praktek untuk diperiksa.
"Beliau ini pelaku perjalanan, dia orang Ambon, domisili di Ambon, tapi pernah pernah ke Makassar dan pada 14 Maret lalu balik ke Ambon. Dia ini awal ke dokter praktek, tapi dia tidak menunjukkan gejala sebagaimana yang kita tahu, suhu badannya bagus, tidak demam, pakai oksigen tes nafas bagus," ujar Ketua Harian Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Maluku, Kasrul Selang saat dikonfirmasi awak media di kantor Gubernur Maluku, Ambon, Sabtu (4/4).
Dikatakan, setelah melalukan pemeriksaan, nenek ini pulang ke rumah, tetapi beberapa hari kemudian, nenek ini merasa badan-badan lemas, sehingga kembali lagi ke dokter untuk diperiksa sekitar 31 Maret lalu. Oleh dokter, nenek ini diperiksa pakai Rapid Test dan hasilnya positif.
"Begitu pulang, tiga hari kemudian masih rasa lemas-lemas lalu balik lagi ke dokter, sekitar 31 Maret lalu, dia di rontgen paru-parunya, dan hasilnya, dokter menyarankan test pakai rapid test dan hasilnya positif," jelasnya.
Walaupun pemeriksaannya menggunakan Rapid Test positif, hasilnya itu harus dikonfirmasi lagi secara PCR atau pemeriksaan spesimen di laboratorium, Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan di Jakarta.
"Tapi pasien tersebut kita berlakukan sebagaimana pasien yang positif diisolasi sambil menunggu hasil spesimen yang sudah dikirim sejak Jumat kemarin untuk diperiksa di laboratorium kesehatan milik DKI Jakarta. Pasiennya perempuan umurnya diatas 70 tahun dan saat ini diisolasi di RST. Mudah-mudahan satu dua hari ini hasilnya sudah ada," sambungnya.
"Pemeriksaan rapid test itu artinya pasien tersebut kemungkinan sudah ada antibody dan bisa diartikan dia sudah terpapar. Tetapi tingkat keakuratan RDT ini tidak seperti sweb atau spesimen, jadi masih sekitar 80 persenlah. Jadi masih bisa positif palsu bisa juga negatif palsu. Makanya harus diperkuat dengan sweb karena tingkat keakuratan sweb itu 92 persen lebih," sambungnya.
Maka dari itu lanjut Selang, pasien ini belum bisa dikatakan terkonfirmasi.
"Jadi kita belum bisa sampaikan kalau dia ini positif, belum terkonfirmasi. Tapi tetap diperlakukan sebagaimana pasien yang positif," pungkasnya.
Nenek ber-usia 70-an yang merupaka warga Ambon ini, dikategorikan sebagai pelaku perjalanan, karena baru pulang dari Makassar.
Setibanya di Ambon pada 14 Maret lalu, wanita paruhbaya ini mengeluh kalau badannya lemas sehingga dibawa ke dokter praktek untuk diperiksa.
"Beliau ini pelaku perjalanan, dia orang Ambon, domisili di Ambon, tapi pernah pernah ke Makassar dan pada 14 Maret lalu balik ke Ambon. Dia ini awal ke dokter praktek, tapi dia tidak menunjukkan gejala sebagaimana yang kita tahu, suhu badannya bagus, tidak demam, pakai oksigen tes nafas bagus," ujar Ketua Harian Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Maluku, Kasrul Selang saat dikonfirmasi awak media di kantor Gubernur Maluku, Ambon, Sabtu (4/4).
Dikatakan, setelah melalukan pemeriksaan, nenek ini pulang ke rumah, tetapi beberapa hari kemudian, nenek ini merasa badan-badan lemas, sehingga kembali lagi ke dokter untuk diperiksa sekitar 31 Maret lalu. Oleh dokter, nenek ini diperiksa pakai Rapid Test dan hasilnya positif.
"Begitu pulang, tiga hari kemudian masih rasa lemas-lemas lalu balik lagi ke dokter, sekitar 31 Maret lalu, dia di rontgen paru-parunya, dan hasilnya, dokter menyarankan test pakai rapid test dan hasilnya positif," jelasnya.
Walaupun pemeriksaannya menggunakan Rapid Test positif, hasilnya itu harus dikonfirmasi lagi secara PCR atau pemeriksaan spesimen di laboratorium, Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan di Jakarta.
"Tapi pasien tersebut kita berlakukan sebagaimana pasien yang positif diisolasi sambil menunggu hasil spesimen yang sudah dikirim sejak Jumat kemarin untuk diperiksa di laboratorium kesehatan milik DKI Jakarta. Pasiennya perempuan umurnya diatas 70 tahun dan saat ini diisolasi di RST. Mudah-mudahan satu dua hari ini hasilnya sudah ada," sambungnya.
"Pemeriksaan rapid test itu artinya pasien tersebut kemungkinan sudah ada antibody dan bisa diartikan dia sudah terpapar. Tetapi tingkat keakuratan RDT ini tidak seperti sweb atau spesimen, jadi masih sekitar 80 persenlah. Jadi masih bisa positif palsu bisa juga negatif palsu. Makanya harus diperkuat dengan sweb karena tingkat keakuratan sweb itu 92 persen lebih," sambungnya.
Maka dari itu lanjut Selang, pasien ini belum bisa dikatakan terkonfirmasi.
"Jadi kita belum bisa sampaikan kalau dia ini positif, belum terkonfirmasi. Tapi tetap diperlakukan sebagaimana pasien yang positif," pungkasnya.
from Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku https://ift.tt/3dTJCfI
via IFTTT