Perayaan ulang tahun ke-66 Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dihadiri sejumlah tokoh penting dan disiarkan melalui laman YouTube dan Facebook resmi UMI Makassar |
Makassar, Info Breaking News – Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar kini genap berusia 66 tahun. Tahun demi tahun eksistensi UMI dalam dunia pendidikan terus bersinar. Inovasi terus bermunculan dengan tujuan tak lain hanya untuk memajukan anak-anak bangsa.
Melihat kembali ke belakang, UMI hanya berawal dari sebuah bangunan yang didirikan di areal tanah terbatas di daerah Kakatua, Makassar pada 23 Juni 1954 silam. Kala itu, UMI menjalankan program civitas akademiknya di bawah Yayasan Wakaf UMI dan hanya memiliki Fakultas Ilmu Pengetahuan Islam, Ilmu Masyarakat dan Fakultas Hukum Sosial Politik.
Kini, di usianya yang ke-66, UMI menjelma menjadi universitas kelas dunia dengan berbagai pencapaian yang membanggakan. UMI adalah rumah bagi 13 fakultas dan program pascasarjana dengan 57 program studi, termasuk 4 program doktoral dan menyandang status akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) yang menjadikannya sebagai PTS pertama di luar Pulau Jawa yang mampu meraih akreditasi unggul.
Tak mudah merasa puas, kini UMI bahkan tengah mempersiapkan 6 dari 17 program studinya untuk mengikuti akreditasi internasional yang mengacu pada Kepmendikbud No. 83/P 2020 tentang Lembaga Akreditasi Internasional.
Rektor UMI, Prof. Dr. H. Basri Modding, SE, M.Si mengaku sangat bahagia dan bersyukur karena masih bisa memperingati ulang tahun kampus tercinta meski kini Indonesia tengah hancur dilanda pandemi global Covid-19.
Rektor UMI Prof. Dr. H. Basri Modding, SE., M.Si |
Untuk mengantisipasi dinamika PT yang makin berkembang, UMI juga bakal menerapkan konsep "Kampus Merdeka" dan "Merdeka Belajar" yang diharapkan bakal bisa dilaksanakan pada tahun ajaran 2020/2021.
SDM Potensial
Seperti yang selama ini terus diungkapkan Prof. Dr. H. Basri Modding, SE., M.Si, pencapaian UMI hingga saat ini tak terlepas dari usaha dan jerih payah sumber daya manusia (SDM) yang terlibat di dalamnya.
Hingga Juni 2020, UMI diperkuat oleh 1.357 dosen dan tenaga kependidikan. UMI juga memiliki 51 Guru Besar yang membuatnya menempati posisi teratas penyumbang guru besar terbanyak (67,12 persen) untuk perguruan tinggi swasta dalam lingkup Lembaga Layanan DIKTI Wilayah IX Sulawesi.
UMI pun sangat peduli dengan pendidikan tenaga pengajarnya, untuk itu mereka terus mendorong dosen agar meningkatkan pendidikan hingga sukses bergelar doktor. Tercatat untuk TA 2019/2020 ada 28 dosen aktif mengikuti pendidikan lanjut.
Jumlah mahasiswa aktif TA 2019/2020 berjumlah 23.406 dan sarat akan prestasi baik di dalam maupun luar negeri. Sejumlah pencapaian terbaik di antaranya meraih Gold Medal dalam kegiatan Choral Ochestra Folklore Festival ke-3 Tahun 2019. Sedangkan pada tingkat nasional dan regional, mahasiswa UMI berhasil menyabet Juara Umum Pekan Integritas Kesatria Cendikia (UNJ) Jakarta, Juara 1 Lomba Vidgram (Al-Insyirah Public Health Competition) Pekanbaru, Juara 2 Expo Kewirausahaan Mahasiswa Nasional di Universitas Haluoleo dan banyak lagi prestasi cemerlang lainnya.
Tidak melulu berteori, UMI juga mendidik mahasiswanya untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship, sehingga sebagian dari mereka kini sudah ada yang berwirausaha baik di bidang fashion, kuliner dan berbagai industri kreatif.
Dalam bidang pengembangan karakter, UMI satu-satunya perguruan tinggi swasta yang tergabung dalam 36 PTN se-Indonesia yang dipercayakan mengembangkan konsep pendidikan karakter Nasional. Pencerahan qalbu, menjadi program unggulan UMI dalam membina karakter mahasiswanya. UMI juga menanamkan 16 Karakter Moral dalam jiwa setiap civitas akademikanya. Empat diantaranya adalah cinta tanah air, menjaga lingkungan, menghargai keragamandan semangat kebangsaan.
Dalam bidang sains, UMI tidak kalah canggih dengan universitas-universitas bernama besar lainnya. Torehan prestasi inilah yang kemudian mengantarkan UMI menempati ranking ke-69 dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia berdasarkan Science and Technology Index (SINTA).
Bukan cuma mahasiswa yang masih aktif saja, alumni UMI pun tak kalah terkenal dan terus berkarya. Tidak sedikit dari mereka yang kini eksis di berbagai sektor pemerintahan maupun swasta. Salah satu alumni yang namanya dikenal luas ialah Prof. Dr. Abdul Latif, SH., MH yang kini menjabat sebagai hakim ad hoc tindak pidana korupsi. Ia pun mengucapkan selamat atas ulang tahun kampus tercinta yang juga turut membesarkan namanya tersebut.
Alumnus UMI Makassar Prof. Dr. Abdul Latif, SH., MH |
"Sebagai alumni saya mengucapkan selamat kepada civitas akademika UMI. Semoga cita-cita ideal UMI sebagai kampus Islami dan kampus pengabdian diamalkan secara konsisten dan menjadi semangat dan inovasi bagi insan akademika UMI untuk meningkatkan kompetensi global melalui berbagai inovasi seperti transformasi digital, softskill, kompetensi abad 21," tuturnya saat dihubungi infobreakingnews.
Menurutnya, momentum milad ke-66 UMI tahun ini tentu tidak hanya sebagai wadah menuntut ilmu saja, melainkan UMI harus mampu menjadi mercusuar yang menerangi perkembangan dunia pendidikan yang dapat menjangkau aspek kehidupan dan merespons berbagai fenomena yang terjadi di tengah masyarakat.
UMI, lanjutnya, harus bisa menjadi sumber harapan masa depan bangsa dan negara.
"Ini akan menjadi bukti nyata kontribusi UMI demi Indonesia yang lebih baik dan lebih maju," tuturnya.
Akhir kata, besar harapan Rektor UMI Prof. Dr. H. Basri Modding, SE., M.Si agar UMI senantiasa berkembang dan mampu terus beradaptasi menghadapi gelombang perubahan ke depannya.
"Insya Allah kita optimis dan antusias bahwa UMI senantiasa siap beradaptasi dengan segala situasi dan kondisi perkembangan masyarakat," tutupnya.
Perayaan Milad ke-66 Universitas Muslim Indonesia sendiri bisa dinikmati melalui siaran live streaming di channel YouTube (bit.ly/YOUTUBEMILAD66UMI) dan Facebook (bit.ly/FACEBOOKMILAD66UMI) milik UMI Makassar pukul 08.30 WIB. Acara bakal dihadiri oleh sejumlah tokoh penting negara, seperti Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. ***Emil F. Simatupang