TEPA - BERITA MALUKU. Sejumlah warga Tepa, Kecamatan Pulau-Pulau Babar, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) menolak sejumlah penumpan KM. Inti Mulia yang baru tiba dari Tiakur, pusat ibukota kabupaten julukan duan lolat.
Saat bersandar di Dermaga Tepa Senin, tadi siang (29/6/2020), kapal cargo perintis ini kemudian didatangi warga setempat. Warga kemudian melakukan aksi demo di depan pintu dermaga dan mendesak penumpang yang hendak diturunkan di pelabuhan supaya angkat kaki dan kembali ke Tiakur.
Mereka bahkan mendesak Pemerintah Kecamatan Pulau-Pulau Babar untuk tidak mengizinkan segala aktivitas masuk keluar warga dari luar pulau untuk turun di Dermaga Tepa, terlebih warga yang datang dari wilayah zona merah covid-19 ataupun zona yang sudah tertular covid-19 seperti Tiakur.
Aksi yang dilakukan secara spontan oleh warga Tepa ini sempat menarik perhatian sejumlah pihak, termasuk aparat pemerintah kecamatan setempat.
Salah satu peserta aksi demo, Ny. Nawi Lakburlawal kepada media ini di lokasi dermaga Tepa mengaku warga yang mendiami Pulau Babar betapa takut dengan wabah berbahaya asal Wuhan China itu. Itu sebabnya dirinya bersama warga Tepa, Pulau Babar lainnya secara spontan melakukan aksi tolak kedatangan warga dari luar pulau lainnya, walaupun itu dalam pulau-pulau antar wilayah Kabupaten MBD.
"Kami tidak menolak kapal cargo masuk dan sandar di dermaga Tepa,tetapi kami takut penumpang datang dari zona yang terkena covid-19. Untuk itu kami menolak penumpang,yang datang dari Tiakur. Karena Tiakur sudah diketahui telah menyumbang pasien Covid1-9 sebanyak lima orang," ungkapnya.
Lakburlawal mengatakan, di Pulau Babar belum memiliki fasilitas kesehatan yang memadai untuk mengatasi pasien covid-19 seperti alat pelindung diri, tenaga medis dan rumah sakit representatif untuk menghandle hal-hal yang berkaitan dengan covid-19. Oleh karena itu, kata dia, lebih baik mencegah dengan melakukan aksi demikian dari pada masa bodoh, sebab nantinya yang menjadi korban adalah masyarakat sendiri.
"Bagaimana kalau di antara penumpang ada ysng terjangkit virus itu, pasti kita semua di Pulau Babar bisa jadi korban corona," ungkap Lakburlawal emosional.
Camat Tepa yang diwakili Sekertaris Kecamatan PP Babar, Brusly Agoha yang dikonfirmasi terkait penolakan warga ini mengatakan pihak Pemerintah Kecamatan PP Babar hanya bisa mengikuti perintah atasan sesuai prosedur penanganan covid19.
Dikatakan, bila penumpang yang bepergian ataupun masuk ke wilayah ini, diwajibkan menunjukkan surat keterangan bebas covid-19 Gugus Tugas Covid dari tempat awal dimana penumpang bersangkutan itu datang. (eky)
Saat bersandar di Dermaga Tepa Senin, tadi siang (29/6/2020), kapal cargo perintis ini kemudian didatangi warga setempat. Warga kemudian melakukan aksi demo di depan pintu dermaga dan mendesak penumpang yang hendak diturunkan di pelabuhan supaya angkat kaki dan kembali ke Tiakur.
Mereka bahkan mendesak Pemerintah Kecamatan Pulau-Pulau Babar untuk tidak mengizinkan segala aktivitas masuk keluar warga dari luar pulau untuk turun di Dermaga Tepa, terlebih warga yang datang dari wilayah zona merah covid-19 ataupun zona yang sudah tertular covid-19 seperti Tiakur.
Aksi yang dilakukan secara spontan oleh warga Tepa ini sempat menarik perhatian sejumlah pihak, termasuk aparat pemerintah kecamatan setempat.
Salah satu peserta aksi demo, Ny. Nawi Lakburlawal kepada media ini di lokasi dermaga Tepa mengaku warga yang mendiami Pulau Babar betapa takut dengan wabah berbahaya asal Wuhan China itu. Itu sebabnya dirinya bersama warga Tepa, Pulau Babar lainnya secara spontan melakukan aksi tolak kedatangan warga dari luar pulau lainnya, walaupun itu dalam pulau-pulau antar wilayah Kabupaten MBD.
"Kami tidak menolak kapal cargo masuk dan sandar di dermaga Tepa,tetapi kami takut penumpang datang dari zona yang terkena covid-19. Untuk itu kami menolak penumpang,yang datang dari Tiakur. Karena Tiakur sudah diketahui telah menyumbang pasien Covid1-9 sebanyak lima orang," ungkapnya.
Lakburlawal mengatakan, di Pulau Babar belum memiliki fasilitas kesehatan yang memadai untuk mengatasi pasien covid-19 seperti alat pelindung diri, tenaga medis dan rumah sakit representatif untuk menghandle hal-hal yang berkaitan dengan covid-19. Oleh karena itu, kata dia, lebih baik mencegah dengan melakukan aksi demikian dari pada masa bodoh, sebab nantinya yang menjadi korban adalah masyarakat sendiri.
"Bagaimana kalau di antara penumpang ada ysng terjangkit virus itu, pasti kita semua di Pulau Babar bisa jadi korban corona," ungkap Lakburlawal emosional.
Camat Tepa yang diwakili Sekertaris Kecamatan PP Babar, Brusly Agoha yang dikonfirmasi terkait penolakan warga ini mengatakan pihak Pemerintah Kecamatan PP Babar hanya bisa mengikuti perintah atasan sesuai prosedur penanganan covid19.
Dikatakan, bila penumpang yang bepergian ataupun masuk ke wilayah ini, diwajibkan menunjukkan surat keterangan bebas covid-19 Gugus Tugas Covid dari tempat awal dimana penumpang bersangkutan itu datang. (eky)
from Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku https://ift.tt/388dFhg
via IFTTT