Dipersidangan Terungkap Dua Hakim PN Jakarta Pusat Terlibat Suap

Jakarta, infobreakingnews - Dugaan keterlibatan dua orang hakim yang kini bertugas di PN Jakarta Pusat terkait OTT KPK terhadap panitera pengganti Santoso. kini semakin terang setelah dalam persidangan terungkap kesaksian terdakwa Raoul Wiranatakusumah, pengacara yang didakwa menyuap dua Hakim PN Jakarta Pusat sebesar SGD 25 ribu terkait pengurusan perkara perdata. Dua hakim tersebut yakni Casmaya dan Partahi Tulus Hutapea , yang saat ini menjadi majelis hakim kasus pembunuhan Mirna. 

Saksi yang merupakan staf Raoul, Ahmad Yani, membenarkan adanya pemberian tersebut. Hal tersebut diungkap Ahmad saat bersaksi untuk Raoul di Pengadilan Tipikor, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Senin (24/10/2016).

"Saudara ada serahkan uang ke Santoso?" tanya ketua majelis hakim Ibnu Basuki. 
"Iya. Di depan kantor, di Menteng," jawab Ahmad.

Uang suap diberikan kepada keduanya melalui panitera PN Jakarta Pusat, Muhammad Santoso, yang kini telah berstatus tersangka di KPK. Sebelum uang tersebut sampai di tangan Casmaya dan Partahi, KPK keburu menangkap Santoso. 

Dalam dakwaan jaksa, disebutkan uang itu diberikan dengan maksud untuk memengaruhi putusan perkara perdata nomor 503/PDT.G/2015/PN.JKT.PST. Hakim Partahi adalah ketua majelis hakim yang mengadili perkara tersebut.

Uang diserahkan kepada Santoso dengan dimasukkan ke dalam amplop. Awalnya Raoul menyerahkan Rp 300 juta, tapi kemudian ditukar menjadi SGD yang jumlahnya SGD 30 ribu. 


"Dibagi dalam dua amplop, yang satu 25 ribu yang satu SGD 3 ribu. Sisanya taruh di kabinet," ujar Ahmad.
"Kata Pak Santoso untuk memenangkan perkara saya, info dari Pak Raoul juga gitu. Saya dpt info dari Pak Santoso kasus akan dimenangkan," lanjutnya. 

Dua amplop tersebut, diakui Ahmad Yani, diberi kode HK dan SAN. HK artinya untuk hakim dan SAN untuk Santoso. 

Sampai dengan berita ini ditayangkan sudah terdengar bocoran dari pihak penyidik KPK, akan segera melakukan pemeriksaan lebih dalam lagi terhadap kedua hakim diatas akibat kesaksian yang terungkap dalam persidangan. *** Ira Maya.

Subscribe to receive free email updates: