Foto: Ahmad Dhani Beri Pengecualian pada Tafsir Quraish Shihab, Kalimatnya Bikin Bertanya-tanya dalam Hati

Foto: Ahmad Dhani Beri Pengecualian pada Tafsir Quraish Shihab, Kalimatnya Bikin Bertanya-tanya dalam Hati http://ift.tt/20kt43r - Berita Terbaru Terkini Hari Ini - Sebuah akun Twitter mengkritik Ahmad Dhani, hanya gara-gara persoalan tulisan biodata di akun Twitter @AHMADDHANIPRAST. Dalam biodata tersebut Ahmad Dhani menuliskan penjelasan tentang akun @AHMADDHANIPRAST.

http://ift.tt/20kt43r - Berita Terbaru Terkini Hari Ini - Sebuah akun Twitter mengkritik Ahmad Dhani, hanya gara-gara persoalan tulisan biodata di akun Twitter @AHMADDHANIPRAST.
Dalam biodata tersebut Ahmad Dhani menuliskan penjelasan tentang akun @AHMADDHANIPRAST.
Foto: Ahmad Dhani Beri Pengecualian pada Tafsir Quraish Shihab, Kalimatnya Bikin Bertanya-tanya dalam Hati http://ift.tt/20kt43r - Berita Terbaru Terkini Hari Ini - Sebuah akun Twitter mengkritik Ahmad Dhani, hanya gara-gara persoalan tulisan biodata di akun Twitter @AHMADDHANIPRAST. Dalam biodata tersebut Ahmad Dhani menuliskan penjelasan tentang akun @AHMADDHANIPRAST.
Capture Twitter @AHMADDHANIPRAST (TWITTER)
"Dhani Ahmad Prasetyo
@AHMADDHANIPRAST
Akun ISLAM RASIONAL.Tafsirnya AL MISBAH/Prof Dr.M Quraish Shihab (Kecuali tafsir pemimpin non muslim). Tidak menerima ayat sepotong2/terjemahan DEPAG," tulisnya.
Akun @em_adlan pun dengan terang-terangan berkicau disertai screenshoot bio @AHMADDHANIPRAST.
Capture kicauan akun @em_adlan.
Capture kicauan akun @em_adlan. (TWITTER)
"Lucu liat bio akun ini @AHMADDHANIPRAST, katanya ga trima tafsir spotong2, tp ga trima tafsir almaidah51 by Quraish Shihab. Situ waras?" tulis @em_adlan.
Sampai berita ini ditulis, belum terlihat komentar dari Ahmad Dhani untuk akun tersebut.
Dari pernyataan akun di atas terhadap sikap Ahmad Dhani, Redaksi mencari tafsir Quraish Shihab yang membahas mengenain pemimpin non muslim.
Dalam program Tafsir al-Mishbah yang ditayangkan stasiun televisi swasta pada bulan Ramadhan 2009, ada potongan dialog Quraish Shihab mengenai Tafsir Al Maidah ayat 51.
Surat yang menjerat calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam kasus dugaan penistaan agama.
Ayat dari Surah Al Maidah kerap disebut sebagai dalil menolak 'pemimpin kafir'.
Benarkan ayat di atas menyerukan penolakan "pemimpin kafir"?
Begini arti dalam Bahasa Indonesia dari surat Al Maidah ayat 51.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi 'awliya'; sebahagian mereka adalah awliya bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (Al-Maidah: 51).
Penjelasan Quraish Shihab
Dalam video yang diposting akun Youtube ahmadqadafi pada 5 September 2009 lalu, Menurut pakar tafsir Alquran Quraish Shihab, Al Maidah ayat 51 tidaklah berdiri sendiri namun memiliki kaitan dengan ayat-ayat sebelumnya.
Hanya memenggal satu ayat dan melepaskan ayat lain berimplikasi pada kesimpulan akhir.
Padahal, Al Maidah ayat 51 merupakan kelanjutan atau konsekuensi dari petunjuk-petunjuk sebelumnya.
"Konsekuensi dari sikap orang yang memusuhi Alquran, enggan mengikuti tuntunannya…," Jelas Quraish Shihab.
Pada ayat sebelumnya, Alquran diturunkan untuk meluruskan apa yang keliru dari kitab Taurat dan Injil akibat ulah kaum-kaum sebelumnya.
Jika mereka (Yahudi dan Nasrani) enggan mengikuti tuntunan Alquran, maka mereka berarti memberi 'peluang' pada Allah untuk menjatuhkan siksa terhadap mereka karena dosa-dosa yang mereka lakukan.
"Jadi, mereka dinilai enggan mengikuti tuntunan Tuhan tapi senang mengikuti tuntunan jahiliah," katanya dalam pengajian Tafsir Alquran tersebut.
Lalu, dilanjutkan oleh ayat 51 surat Al Maidah.
Kalau memang seperti itu sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani – mengubah kitab suci mereka, enggan mengikuti Alquran, keinginannya mengikuti jahiliyah.
"Maka wahai orang-orang beriman janganlah engkau menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai awliya."
Bagi Quraish Shihab, hubungan ayat ini dan ayat sebelumnya sangat ketat.
"Kalau begitu sifat-sifatnya, jangan jadikan mereka awliya. Nah, awliya itu apa?," tanyanya memantik diskusi sebelum mengkaji lebih dalam.
Awliya ialah jamak atau bentuk plural dari wali.
"Di Indonesia, kata ini populer sehingga ada kata wali kota, wali nikah dan seterusnya," ucapnya.
Lanjutnya kata wali, kata penulis Tafsir Al Misbah ini, pada mulanya berarti "yang dekat".
"Wali kota itu berarti yang mestinya paling dekat dengan masyarakat. Orang yang paling cepat membantu Anda, ialah orang yang paling dekat membantu Anda. Nah, dari sini lantas dikatakan bahwa wali itu pemimpin atau penolong."
Perumpamaan yang dilontarkan Quraish Shihab
"Dari sini, kata 'wali' yang jamaknya awliya memiliki makna bermacam-macam," cetusnya.
Yang jelas, kata jebolan Al Azhar Mesir ini, kalau ia dalam konteks hubungan antar manusia, berarti persahabatan yang begitu kental.
Sedemikan hingga tidak ada lagi rahasia di antara mereka.
Demikian pula hubungan suami istri yang dileburkan oleh cinta.
"Dalam ayat ini, jangan angkat mereka –Yahudi dan Nasrani- yang sifatnya seperti dikemukakan pada ayat sebelumnya menjadi wali atau orang dekatmu. Sehingga engkau membocorkan rahasia kepada mereka."
Dengan demikian, awliya bukan sebatas bermakna pemimpin, kata Quraish Shihab.
"Itu pun, sekali lagi, jika mereka enggan mengikuti tuntunan Allah dan hanya mau mengikuti tuntunan Jahiliyah seperti ayat yang lain."
"Contohnya jika mereka juga menginginkan kemaslahatan untuk kita, boleh tidak kita bersahabat?" tanya Quraish Shihab, "jika ada pilihan antara pilot pesawat yang pandai namun kafir dan pilot kurang pandai yang muslim, "pilih mana?" sontak jamaah yang hadir pun tertawa.
"Atau pilihan antara dokter kafir yang kaya pengalaman dan dokter Muslim tapi minim pengalaman."
Dalam konteks seperti ini, bagi Quraish Shihab, tidak dilarang.
Yang terlarang ialah melebur sehingga tidak ada lagi perbedaan termasuk dalam kepribadian dan keyakinan.
Karena tidak ada lagi batas, kita menyampaikan hal-hal yang berupa rahasia pada mereka.
"Itu yang terlarang," tegasnya.
Namun kalau pergaulan sehari-hari, dagang atau membeli barang dari tokonya, tidaklah dilarang. 
(TribunWow.com

Subscribe to receive free email updates: