Jendral Tito Kembali Menjadi Sosok Jenius Dibalik Mandulnya Aksi 313

Tito Kembali Menjadi Sosok Jenius Dibalik Mandulnya Aksi 313

Penulis : Muhammad Hatim

Aksi 313 yang dilaksanakan hari ini tujuannya tetap sama seperti aksi-aksi sebelumnya, meminta Jokowi memberhentikan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Yang menarik dari aksi ini adalah jumlah pesertanya yang jauh berkurang dari peserta aksi 411 dan aksi 212 yang lalu. Aksi 313 ini hanya di ikuti sekitar 100 ribu orang. Walaupun jumlah peserta aksi 313 ini bisa dibilang sedikit, tapi tetap saja bisa menimbulkan bahaya jika tidak diawasi dengan baik.

Sangat diperlukan strategi jitu untuk meredam kejadian yang tidak diinginkan dalam aksi ini. Salah satu strategi yang biasanya dijadikan pegangan adalah strategi dari Kepala Polisi Republik Indonesia (Kapolri) yakni Muhammad Tito Karnavian. Tito telah beberapa kali membuktikan mampu meredam aksi-aksi seperti ini.

Tito yang sudah berpengalaman, tahu pasti bahwa aksi-aksi seperti ini bisa saja berakhir rusuh. Apalagi kalau ditunggangi oknum-oknum yang membawa misi-misi tertentu. Aksi seperti ini biasanya diawali dengan provokasi, peserta aksi terpancing dan terjadilah kerusuhan yang bisa mencoreng muka pemerintahan.

Untuk itu, provokator yang ikut dalam aksi ini menjadi target utama untuk dibidik. Jika sudah menemukan orang yang dimaksud, tinggal di ciduk saja. Tapi menciduk pun harus menunggu waktu yang tepat. Tidak sembarangan ciduk. Karena jika waktunya tidak tepat, akan terjadi huru-hara dan ada yang memanfaatkan situasi tersebut dengan berakting sebagai korban. Tujuannya tidak lain adalah untuk membangkitkan kemarahan peserta aksi yang lain.

Untungnya kita punya Kapolri yang ahli meracik strategi. Tito (begitu biasa beliau dipanggil) selalu menggunakan jurus "menarik rambut di dalam tepung, rambut tidak putus tepung tidak berserak". Tito izinkan mereka melakukan aksi dengan damai. Tapi dengan catatan, mereka akan diawasi. Jika berbuat rusuh dan menimbulkan kerusakan pada fasilitas umum, akan ditangkap dan ditindak tegas.


Bukan Tito namanya jika tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi ke depannya. Mereka boleh saja berjanji melakukan aksi damai tapi apa yang terjadi dilapangan siapa yang akan tahu. Untuk itu, Tito sudah mempersiapkan semuanya dari awal. Beliau pegang teguh kalimat "lebih baik mencegah daripada mengobati".

Hal inilah yang terjadi dalam aksi 313 hari ini. Sebelum aksi tersebut berjalan, Tito dan jajarannya telah mengamati dengan teliti setiap persiapan dari aksi ini dan menyelidiki apakah ada yang menunggangi nya atau tidak. Dan ternyata, memang ada yang menggunakan aksi 313 untuk melakukan makar.

Iya, Kamis malam (30/3) Tim khusus Polri menangkap lima orang terkait dugaan makar. Salah satu yang ditangkap adalah Muhammad Al Khaththath, Sekjen Forum Umat Islam (FUI). Ini adalah langkah tegas dari pihak kepolisian dibawah komando Tito untuk melakukan pencegahan dari pada nantinya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Langkah yang dilakukan Tito sangat jenius. Menangkap pimpinannya diwaktu yang sangat tepat. Pasukan mereka boleh tetap melakukan aksi tapi tidak akan ada lagi yang jadi batu api. Kalau sudah begini, mereka tidak ubahnya seperti ayam kehilangan induknya. Atau seperti harimau yang sudah kehilangan taring dan cakarnya.

***

Apresiasi yang tinggi pantas kita berikan kepada Pak Kapolri. Berkat beliau dan semua jajarannya, sekali lagi upaya makar bisa digagalkan. Mereka menghadapi aksi 313 seperti sedang bermain sepak bola. Biar gawang mereka tidak jebol, mereka potong umpan yang disodorkan dari tengah terlebih dahulu. Kalau sudah begini, ujung tombak lawan pasti akan mandul karena tidak mungkin bisa membuahkan gol. Boro-boro mau mencetak gol, pegang bola saja tidak bisa.

Peserta aksi dijadikan sebagai ujung tombak sedangkan lima orang yang ditangkap sebelumnya adalah pemain tengah yang akan mengirimkan provokasi-provokasi kepada peserta aksi. Peserta aksi yang menerima umpan akan membuat kegaduhan-kegaduhan di depan supaya bentrokan dengan pihak keamanan. Kalau sudah begini, mereka akan berakting menjadi korban. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan, supaya mereka punya kesempatan membobol pertahanan lawan.

Tapi sayang, strategi ciamik dan licik mereka berhasil dibaca dengan baik oleh Kapolri dan jajarannya. Mereka tangkap dulu lima pemain tengahnya, dengan begitu tidak akan ada lagi yang mengirimkan umpan berupa provokasi-provokasi.

Dan terbukti, strategi jenius ini berhasil membuat mandul peserta aksi 313 hari ini.

Selengkapnya :
http://ift.tt/2mZdjoR

Subscribe to receive free email updates: