Jakarta, Info Breaking News - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan jebloknya rupiah yang menyentuh level Rp 14.800 per USD di pekan terakhir Agustus terjadi akibat terdampak krisis yang terjadi di belahan dunia lain seperti Venezuela dan Argentina.
Kondisi perekonomian Argentina menyusul Venezuela. Nilai inflasi mereka berada di angka 30 persen per tahun. Kondisi itu merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Mata uang Argentina pun kembali jatuh pada Sabtu (1/9)) yang ditutup pada level terendah sepanjang masa yakni 34,2 peso per USD.
"Kalau ada negara hampir tengkurap, dengan negara-negara lain pasti dampaknya semuanya kena," kata Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian kemaren.
Menurut Darmin, pasar valas akan merespons dengan reaksi berlebih apalagi jika ada berita yang menyebut bahwa kondisi tersebut akan menular ke negara lain. Oleh karena itu, investor merasa perlu memasang 'posisi'. Berikutnya apabila ada berita bahwa krisis tidak menular maka mereka akan kembali menyesuaikan.
"Reaksinya itu umumnya agak lebih. Ada (investor) dengar yang kena berita, dia mulai bilang, oh jangan-jangan ini menular. Pasang dulu posisi. Besok-besok dia bilang, oh enggak menular ternyata. Dia sesuaikan, ya kaya gitu," tuturnya.
Mantan Dirjen pajak ini pun meminta supaya masyarakat dan pelaku pasar tetap tenang. Dari sisi pemerintah pun tengah menyusun langkah serta kebijakan untuk menjinakkan kembali dolar terhadap rupiah.
"Jadi jangan kemudian kalian lihat wah gimana ini, sudah, tenang saja. Kita (pemerintah) menyusun langkah-langkah dan kebijakan untuk menjawabnya. Intinya itu," pungkasnya.*** Jerry Art.