Presiden Ukraina Petro Poroshenko |
Kiev, Info Breaking News – Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengumumkan akan segera mengajukan undang-undang darurat kepada parlemen usai terjadinya insiden penembakan serta penyitaan kapal perang Ukraina oleh Rusia.
UU tersebut, berdasarkan laporan Russian Today, Minggu (25/11/2018) kemarin dikatakan bakal berdurasi 60 hari dan telah mendapat dukungan dari Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional Ukraina (NDSC).
Melalui UU itu pemerintah Ukraina punya kewenangan untuk membatasi kebebasan sipil yang dijamin konstitusi seperti kebebasan berkumpul maupun kebebasan berpendapat.
Kedepannya, pemerintah berhak untuk melarang warganya bepergian, serta memperketat pengawasan di perbatasan maupun barang-barang yang diimpor. Tak hanya itu, negara juga berhak meningkatkan kontrol terhadap media bahkan menutup saluran televisi maupun koran jika dianggap membahayakan keamanan nasional.
Dalam konferensi pers, Poroshenko mengatakan dia tidak berencana menggelar serangan jika UU darurat tersebut disetujui oleh parlemen.
Dia bahkan sudah meminta Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) hingga Uni Eropa (UE) untuk bekerja sama dan memastikan keamanan Ukraina.
"Kami meminta kepada seluruh pihak yang mendukung kemerdekaan Ukraina. Marilah kita semua bersatu," tegas Poroshenko.
Selanjutnya, ia dikabarkan bakal berdiskusi dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, hari ini, Senin (26/11/2018).
Dengan keberadaan UU tersebut, Poroshenko memastikan hak warganya terjamin dan menekankan pemerintahannya baru menggelar langkah militer demi melindungi setiap rakyatnya.
Diketahui, Angkatan Laut Rusia menembaki dua kapal artileri kecil Berdyansk dan Nikopol serta kapal tongkang Yana Kapu di Selat Kerch dekat Crimea karena dianggap secara ilegal memasuki perairannya dan sengaja memprovokasi konflik. Sebelumnya, Rusia mengklaim perairan Crimea setelah mencaplok semenanjung pada 2014.
Berdyansk dan Nikopol dilaporkan mengalami kerusakan setelah terjebak dalam insiden itu, dengan enam pelautnya terluka. Insiden tersebut terjadi ketika ketiga kapal itu tengah berlayar kembali ke kota pelabuhan Mariupol.
Berdyansk dan Nikopol dilaporkan mengalami kerusakan setelah terjebak dalam insiden itu, dengan enam pelautnya terluka. Insiden tersebut terjadi ketika ketiga kapal itu tengah berlayar kembali ke kota pelabuhan Mariupol.
"Untuk menghentikannya, kami terpaksa menggunakan senjata," ujar Rusia. ***Nadya