Satsuki Katayama |
Tokyo, Info Breaking News – Menteri Negara untuk Revitalisasi Daerah Jepang, Satsuki Katayama menjadi wanita pertama yang menyaksikan upacara naik tahta kaisar baru Jepang, Naruhito hari Rabu (1/5/2019) lalu.
Dalam acara tersebut, Katayama mengenakan kimono sutra tipis yang tentu sangat kontras dengan lautan pria berjubah hitam yang turut hadir. Kehadiran Katayama lantas menjadi sorotan selama upacara aksesi yang penuh ritual untuk penobatan kaisar baru Jepang.
Upacara Warisan Regalia yang berlangsung pada pukul 10.30 pagi tersebut dilaksanakan di Istana Kekaisaran di Tokyo. Acaranya sendiri secara tradisional terlarang bagi semua anggota keluarga perempuan Kekaisaran dengan kehadiran kaisar yang datang atau keluar. Namun Satsuki Katayama dapat menghadiri upacara tersebut dalam kapasitasnya sebagai menteri kabinet pemerintah saat ini.
Upacara tersebut disaksikan perwakilan dari tiga cabang pemerintahan dan bangsawan laki-laki dewasa sesuai dengan takhta yang menyaksikan peristiwa bersejarah, tahap pertama aksesi Kaisar Naruhito ke tahta.
Bangsawan yang hadir di upacara tersebut ketika memasuki ruangan akan menaruh segel negara bagian bersama dengan kasing berisi pedang dan permata, dua dari Tiga Harta Karun Jepang, di atas tegakan kayu cemara di depan Kaisar Naruhito sebagai bukti suksesi yang sah.
Selanjutnya di pagi hari, giliran anggota wanita dari keluarga Kekaisaran dan pasangan wanita dari pejabat pemerintah, termasuk di dalamnya istri perdana menteri yang berpakaian kimono, Shinzo Abe untuk memasuki kamar negara yang sama, sebelum kaisar baru menyampaikan pidato pelantikannya kepada bangsa dalam peran barunya.
Sementara suasana hati bangsa sangat optimis ketika era baru tiba, tidak adanya royalti perempuan pada upacara tersebut memberikan sorotan kritis pada peran perempuan dalam keluarga Kekaisaran Jepang dan aturan tradisionalnya yang kuno.
Upacara penobatan Naruhito sebagai kaisar ke-126 Jepang meneruskan garis keturunan kekaisaran yang tidak putus selama 14 abad. Sang ayah, Akihito, yang mundur karena usia dan kondisi kesehatannya merupakan kaisar Jepang pertama yang turun takhta setelah lebih dari 200 tahun. Kaisar terakhir yang mundur adalah Kokaku pada 1817.
Selama ritual istimewa di Istana Kekaisaran dalam ruangan Matsu-no-Ma (Ruang Pinus), Naruhito menerima regalia kerajaan dan kuncinya, termasuk satu pedang suci, sebagai bukti kenaikannya. Hanya anggota keluarga laki-laki kerajaan yang diizinkan menghadiri upacara sakral itu.
Dinobatkannya Naruhito menjadi kaisar mengakhiri era "Heisei" dan menandai dimulainya era baru "Reiwa". Nama "Reiwa" sendiri diadaptasi dari antalogi puisi klasik dari abad kedelapan. Nama tersebut diterjemahkan sebgai harmoni yang indah atau bisa diartikan juga sebagai perintah perdamaian.
"Nama takhtanya itu terbentuk lewat tindakan dan sikapnya," kata direktur studi Asia di Universitas Temple Jepang, Jeffrey Kingston. ***Nadya