Sidang Ahok Ditunda, Lawan Mati Kutu, ACTA Tukang Lapor, Prabowo Panik!

Sidang Ahok Ditunda, Lawan Mati Kutu, ACTA Tukang Lapor, Prabowo Panik

Penulis :  ASAARO LAHAGU

Majelis hakim  memutuskan sidang tuntutan terhadap Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) digelar pada Kamis, 20 April 2017 mendatang. Alasannya  jaksa penuntut umum mengaku belum selesai menyusun surat tuntutan. Mari kita telaah lebih lanjut alasan penundaan sidang Ahok itu dengan hati penuh damai dan pikiran jernih.

Alasan jaksa belum selesai menyusun surat tuntutan merupakan alasan jitu. Alasan itu membuat lawan Ahok tak berkutik dan diam membisu. Mereka tidak bisa menyalahkan kepolisian dengan tuduhan mengintervensi sidang Ahok. Pun para lawan Ahok tidak bisa juga menyalahkan majelis hakim. Karena majelis hakim sendiri sudah dan selalu siap melanjutkan sidang termasuk hari ini Selasa, 11 April 2017 sesuai dengan jadwal.

Para lawan Ahok juga tidak bisa menyalahkan pihak Ahok. Ahok dan pengacaranya sudah berulang kali menyatakan di media bahwa ia siap mengikuti sidang kapanpun sesuai dengan jadwal. Para lawan Ahok juga tidak bisa menyalahkan jaksa. Tim jaksa sampai tadi malam (Senin, 10 April 2017) lembur untuk menyusun surat tuntutan. Namun ternyata tidak selesai. Tidak gampang membuat surat tuntutan yang adil kepada Ahok. Surat tuntutan harus dirumuskan dengan alasan-alasan yang logis, runtut, adil dan berdasarkan fakta hukum.

Di tengah tensi memanas Pilkada 19 April, penundaan sidang Ahok merupakan keputusan yang tepat. Alasan yang dikemukakan pun sangat super dan jenius. Tidak ada pihak yang bisa disalahkan 100%. Majelis hakim, jaksa, Ahok, kepolisian sudah menjalankan tugasnya 100%. Kalaupun lawan Ahok mengaitkan penundaan sidang Ahok itu dengan surat Kapolda atau menganggap ada permainan jaksa atau design the operator di belakangnya, itu sah-sah saja.

Para lawan Ahok boleh saja berasumsi, beropini, berprasangka dan berinterpretasi sampai puas. Namun semua hal itu tidak cukup alasan untuk menggerakkan demo 7 jutaan lagi untuk menggetarkan Monas dan sekitarnya. Karena jika hanya alasan itu, anggota demo yang 7 jutaan dulu itu tidak mau datang berdemo. Jika ada demo yang kemudian dipaksakan berkaitan dengan sidang penundaan Ahok itu, maka hal itu bisa menjadi bahan tertawaan. Karena jelas demo itu 100% berbau politik dan bukan lagi aksi bela agama. Nah, inilah maksudnya lawan Ahok mati kutu.

Saya angkat topi kepada jaksa dengan alasan yang mereka kemukakan. Mengapa? Alasan itu membuat para lawan Ahok mati langkah. Alasan ketidaksiapan jaksa tak pernah diduga sebelumnya. Kaum sumbu pendek sebelumnya hanya fokus pada alasan keamanan yang dikemukakan oleh pihak kepolisian. Jelas alasan itu sudah siap diserang dari berbagai lini. Fahri Hamzah sendiri sudah mengecam surat saran Kapolda itu sebagai bentuk intevensi dan keberpihakan dari kepolisian.

Mati-kutunya para lawan Ahok terkait penundaan sidang Ahok itu cukup telak. Demo kontra Ahok hari ini tidak berbuat banyak atas keputusan majelis hakim itu. Mereka hanya menyatakan kekecewaannya atas penundaan itu. Padahal para lawan Ahok sudah siap menunggu berapa lama Ahok dituntut karena menista agama dan ulama itu. Rizieq sendiri sudah mengeluarkan peranyataan provokatif yang menginginkan Ahok dihukum mati karena beberapa kali menista agama.

Adapun selebaran demo berisi permintaan untuk menuntut Ahok lima tahun. Tuntutan kepada Ahok tidak boleh kurang, sehari pun tidak boleh. Jika sidang tuntutan kepada Ahok dibaca hari ini, maka berapa pun lamanya tuntutan akan merugikan pihak Ahok dan memicu demo dari pihak lawan Ahok. Ahok yang tengah bertarung dengan Anies pada putaran kedua 19 April, pemilihnya akan terpengaruh secara psikologis. Apalagi jika tuntutan sampai lima tahun. Jelas tuntutan itu menguntungkan Anies, lawan Ahok di putaran kedua.

Sementara jika Ahok hanya dituntut ringan 3-12 bulan apalagi jika bebas misalnya, para lawan Ahok mendapat amunisi untuk melakukan demo dengan alasan tuntutan itu telah melukai hati umat Islam sedunia dan petinggi ulama se-Indonesia seperti Rizieq. Dengan alasan itu, para lawan Ahok akan mencoba menggalang kekuatan baru untuk membusukkan pemerintahan Jokowi yang dianggap membela Ahok.

Kini keputusan penundaan sidang Ahok sesudah Pilkada oleh majelis hakim,  dianggap sebagai keputusan jitu. Keputusan itu adalah win-win solution bagi warga Jakarta. Artinya sidang Ahok ditunda dan pemeriksaan Anies-Sandi yang juga tersandung kasus hukum, juga ditunda. Biarlah kedua pasangan ini bertarung secara fair untuk merebut kursi gubernur DKI yang amat prestisius itu. Nanti setelah Pilkada 19 April, pengusutan kasus-kasus hukum itu bisa diusut karena sudah bebas dari kepentingan Pilkada.

ACTA Tukang Lapor

Saya semakin paham mengapa Novel Chaudir alias Habib Novel dan Habiburokhman yang mewakili ACTA (Advokat Cinta Tanah Air) gencar melaporkan Ahok termasuk melaporkan video kampanye terakhir Ahok. Main lapor yang dilakukan oleh Novel itu tidak lain dari bentuk perlawanan hukum yang sudah ditetapkan  oleh para petinggi sumbu pendek.

Para petinggi sumbu pendek itu meminta kepada para pendukungnya untuk mengimbangi  gerakan-gerakan yang mendiskreditkan mereka. Jika ada yang membuat spanduk mendeskreditkan ulama, kaum sumbu pendek akan melawan dengan spanduk juga. Jika lawan sumbu pendek membuat delegasi, maka kaum sumbu pendek juga harus membuat delegasi. Jika lawan sumbu pendek membuat laporan, maka kaum sumbu pendek juga akan membuat laporan. Tujuan dari berbagai laporan itu adalah untuk membentuk opini kepada umat Islam betapa tidak adilnya rezim Jokowi. Jadi laporan-laporan yang dilakukan ACTA itu hanya gagah-gagahan yang bertujuan membentuk opini. Apakah tujuan itu tercapai? Prediksi saya gagal total.

Saya ambil contoh laporan tentang video #beragamituBasukiDjarot.  Reaksi dari kaum sumbu pendek dan laporan dari ACTA, justru membuat video itu viral. Artinya apa? Lewat video itu, masyarakat semakin paham bahwa memang apa yang digambarkan dalam video itu adalah realita. Itulah yang telah terjadi. Jika warga Jakarta salah pilih, maka Jakarta yang dikenal keberagamannya akan punah.

Jadi dengan adanya reaksi dari lawan Ahok, maka tujuan pembuatan video itu tercapai. Lewat video dan reaksi kaum sumbu pendek atas video itu, maka kini warga Jakarta semakin yakin untuk memilih Ahok-Djarot yang terbukti merawat keberagaman. Inilah yang kemudian disadari secara cepat oleh Prabowo yang buru-buru bertemu dengan tokoh-tokoh yang berada di kubu Anies pada hari Senin, 10 April 2017.

Prabowo yang takut dan panik akan isi membahana video itu, kemudian secara cepat menegaskan bahwa Anies-Sandi dan pendukungnya juga  akan merawat keberagaman dan menjaga kesatuan. Ketakutan Prabowo itu sangat beralasan. Kini serangan balik yang diarahkan oleh para pendukung Ahok berhasil mengorbitkan Anies-Sandi sebagai pendukung negara khilafah, membuat Jakarta bersyariah dan tidak intoleran kepada keberagaman. Begitulah kura-kura.

http://ift.tt/2nYAhYD

Subscribe to receive free email updates: